kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

China minta WTO untuk menyetujui sanksi balasan ke AS senilai US$ 2,4 miliar


Selasa, 22 Oktober 2019 / 08:41 WIB
China minta WTO untuk menyetujui sanksi balasan ke AS senilai US$ 2,4 miliar
ILUSTRASI. U.S. President Donald Trump shakes hands with Chinas President Xi Jinping before starting their bilateral meeting during the G20 leaders summit in Osaka, Japan, June 29, 2019. REUTERS/Kevin Lamarque


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. China kini tengah mengajukan sanksi pembalasan kepada Amerika Serikat senilai US$ 2,4 miliar karena gagal mematuhi aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dalam kasus yang menyoroti keluhan Gedung Putih mengenai badan perdagangan global.

Melansir Reuters, berdasarkan dokumen yang dirilis Senin (21/10), Badan Penyelesaian Sengketa WTO (DSB) akan meninjau kasus yang terjadi di era Obama pada 28 Oktober mendatang.

Hakim banding WTO mengatakan pada bulan Juli, Amerika Serikat tidak sepenuhnya mematuhi peraturan badan perdagangan tentang tarif yang dikenakan pada panel surya China, menara angin, dan tabung baja. Mereka mengatakan Beijing dapat menjatuhkan sanksi balasan jika Washington tidak menghapusnya.

Baca Juga: Trump yakin kesepakatan dagang berjalan baik, meski China cari cara untuk membalas AS

Washington telah menantang validitas putusan WTO dan dapat mempermasalahkan sanksi pembalasan US$ 2,4 miliar, dengan mengirim masalah tersebut ke arbitrasi.

Perselisihan itu bermula saat pemerintah Trump, yang mendorong WTO untuk mengubah aturan yang memungkinkan China menyebut dirinya "negara berkembang," bertempur melawan Beijing dalam perang dagang yang lebih luas.

Pejabat AS berargumen bahwa China mendapat perlakuan yang lebih mudah di WTO, sementara melakukan subsidi barang-barang manufaktur mereka dan melepasnya di pasar dunia.

Baca Juga: Wall Street menguat terdorong tanda-tanda kemajuan resolusi perang dagang AS-China

Badan sengketa WTO secara efektif memberi Beijing lampu hijau untuk mencari sanksi kompensasi pada pertengahan Agustus. Amerika Serikat mengatakan pada saat itu bahwa mereka tidak menganggap temuan WTO itu sah dan bahwa para hakim telah menerapkan "interpretasi hukum yang salah dalam perselisihan ini".

Menurut delegasi AS, China terus menjadi "pelaku serial" dari perjanjian subsidi WTO. Pejabat AS di Washington dan Jenewa tidak berkomentar lebih lanjut mengenai hal ini pada Senin (21/10).

Baca Juga: Kementerian Perdagangan AS: Kesepakatan dengan China tidak perlu kelar bulan depan

Alan Wolff, wakil direktur jenderal WTO, warga Amerika yang berpangkat paling tinggi dalam organisasi itu, menolak mengomentari kasus tersebut.

Namun dia mengatakan, dirinya tetap yakin akan relevansi WTO. Dia mengatakan fakta bahwa anggota terus mengajukan kasus dengan WTO menunjukkan keyakinan mereka bahwa kebuntuan pahit atas proses penyelesaian sengketa WTO akhirnya bisa diselesaikan.

"WTO ... tidak bisa mencegah perang dagang, tetapi itu bisa menjadi bagian dari solusi," katanya. "Mungkin ada masa-masa sulit di depan, tetapi pada akhirnya sistem perdagangan akan bertahan dan ditingkatkan."

Pada 2012, China mengadu ke untuk menantang tarif anti-subsidi AS, yang dikenal sebagai bea balik atas ekspor China yang Beijing nilai mencapai US$ 7,3 miliar pada waktu itu.

Baca Juga: China akan menggenjot investasi ke proyek dengan aset tetap

Bea itu diberlakukan sebagai hasil dari 17 penyelidikan yang dilakukan oleh Departemen Perdagangan AS antara tahun 2007 dan 2012.

Pejabat Perwakilan Dagang AS (USTR) Robert Lighthizer mengatakan keputusan WTO mengakui bahwa Amerika Serikat telah membuktikan China menggunakan perusahaan milik negara untuk memberika subsidi dan mendistorsi perekonomiannya.

Putusan itu juga mengatakan Amerika Serikat harus menerima harga yang ditetapkan China untuk mengukur subsidi, meskipun USTR memandang harga-harga itu "terdistorsi".

Baca Juga: Masih Cemas Perang Dagang dan Brexit, Harga Emas Hari Ini Naik Ke US$ 1.494,20

Amerika Serikat dan Cina telah memberlakukan serangkaian tarif tit-for-tat selama 15 bulan terakhir yang telah mengguncang pasar keuangan dan mengakibatkan hambatan besar pada pertumbuhan ekonomi global.

Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Senin bahwa perjanjian perdagangan AS-China masih berjalan baik. Pada hari Jumat, dia mengatakan, kesepakatan perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia akan ditandatangani pada saat pertemuan Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik yang berlangsung di Chili pada 16 dan 17 November mendatang.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×