kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.250.000   11.000   0,49%
  • USD/IDR 16.640   37,00   0,22%
  • IDX 8.140   21,59   0,27%
  • KOMPAS100 1.116   -2,74   -0,25%
  • LQ45 782   -2,78   -0,35%
  • ISSI 287   0,98   0,34%
  • IDX30 411   -1,53   -0,37%
  • IDXHIDIV20 463   -3,28   -0,70%
  • IDX80 123   0,03   0,02%
  • IDXV30 133   -0,26   -0,19%
  • IDXQ30 129   -0,89   -0,69%

Diusir dari Amerika, Perusahaan Mobil Otonom China Alihkan Ekspansi ke Eropa


Senin, 06 Oktober 2025 / 18:24 WIB
Diusir dari Amerika, Perusahaan Mobil Otonom China Alihkan Ekspansi ke Eropa
ILUSTRASI. Terhambat di AS, perusahaan teknologi kendaraan otonom asal China kini mengalihkan fokus ekspansi ke Eropa.. China Daily via REUTERS


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Terhambat masuk ke pasar Amerika Serikat karena alasan keamanan nasional, perusahaan teknologi kendaraan otonom asal China kini mengalihkan fokus ekspansi ke Eropa.

Mereka mendirikan kantor pusat baru, menjalin kerja sama pengolahan data, serta melakukan uji coba kendaraan di jalan raya Eropa — langkah yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan pesaing lokal.

Di China, pasar mobil terbesar dunia, lebih dari setengah kendaraan yang dijual kini sudah dilengkapi teknologi mengemudi otonom, bahkan pada model kelas menengah ke bawah.

Baca Juga: BYD Geser Tesla di Pasar Mobil Listrik Eropa, Penjualan Naik 3 Kali Lipat

Pemerintah Beijing mendorong agar perusahaan nasional menjadi pemimpin global dalam pengembangan kendaraan otonom, sembari menyiapkan kerangka regulasi domestik yang jelas.

Eropa Jadi “Gerbang Global” Baru

Menurut laporan Reuters, sejumlah eksekutif perusahaan teknologi China menyebut Eropa sebagai “beachhead” atau titik awal ekspansi global mereka, mirip dengan strategi penetrasi mobil listrik asal China beberapa tahun terakhir.

“Kami memfokuskan masa depan global kami di Eropa,” ujar Dong Li, Chief Technology Officer QCraft, dalam wawancara di pameran otomotif Munich bulan lalu. QCraft mengumumkan pembukaan kantor pusat barunya di Jerman karena menilai iklim regulasi di Eropa lebih terbuka dibandingkan Amerika Serikat.

Menurut Li, hambatan utama di AS adalah kekhawatiran keamanan nasional terkait data yang dikumpulkan sistem mengemudi otonom. Sebaliknya, di Eropa, regulasi dianggap lebih longgar meski masih bersifat tambal-sulam dan terbatas pada model premium.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen bahkan menyerukan agar Eropa mempercepat pengembangan kendaraan tanpa pengemudi. “Hal yang sama seharusnya juga terjadi di Eropa,” ujarnya.

Perusahaan China Kian Agresif di Eropa

QCraft, startup asal Beijing yang memproduksi sistem bantuan pengemudi (ADAS), tengah bekerja sama dengan produsen mobil China dan Eropa. Perusahaan ini menargetkan penjualan teknologi otonomnya di Eropa dalam dua tahun ke depan.

Baca Juga: Pesta Usai, Produsen Mobil Eropa Tertekan Tarif AS dan Perang Harga di China

Saat ini, bus di 26 kota China telah menggunakan teknologi Level 4 QCraft — tingkat otomatisasi yang memungkinkan kendaraan berjalan tanpa intervensi manusia dalam waktu lama.

Perusahaan lain, DeepRoute.ai, berencana membangun pusat data di Eropa setelah menandatangani kesepakatan dengan sejumlah produsen mobil.

Sementara itu, Momenta, salah satu pengembang teknologi otonom terkemuka di China yang bermitra dengan Toyota, General Motors, dan Mercedes-Benz, akan mulai menguji teknologi Level 4 bersama Uber di Jerman pada tahun depan.

“Momenta membidik pasar Eropa,” ujar salah satu sumber Reuters yang mengetahui rencana tersebut.

Kekhawatiran dan Tuntutan dari Startup Eropa

Ekspansi agresif ini memicu kekhawatiran di kalangan startup Eropa. CEO Fusion Processing asal Inggris, Jim Hutchinson, menyerukan perlunya regulasi yang lebih ketat demi menciptakan “level playing field” atau persaingan yang adil.

“Kita membutuhkan pengawasan yang lebih kuat agar teknologi ini berkembang dengan adil dan aman,” ujarnya.

Sejumlah analis menilai, sama seperti industri mobil listrik, perusahaan China melihat Eropa sebagai pasar yang lebih menguntungkan dibanding pasar domestik yang sudah jenuh dan kompetitif. “Investor menuntut pertumbuhan, dan Eropa adalah jawabannya,” kata Yvette Zhang, konsultan otomotif di AlixPartners.

Harga Murah Jadi Senjata Utama

Di China, fitur bantuan mengemudi tingkat lanjut kini ditawarkan murah — bahkan gratis — oleh produsen mobil yang bersaing ketat dalam perang harga.

Menurut Canalys, sekitar 15 juta mobil yang terjual di China tahun ini (lebih dari 60%) sudah dilengkapi teknologi Level 2, yang memungkinkan kendaraan melaju otomatis dalam kondisi tertentu dengan pengawasan pengemudi.

Baca Juga: Penurunan Penjualan Mobil Tesla di Pasar Eropa Berlanjut hingga Bulan Agustus 2025

Sementara itu, otoritas China pada Juni lalu telah menyetujui uji coba publik untuk teknologi Level 3, yang memungkinkan pengemudi tidak perlu memperhatikan jalan dalam sebagian besar situasi.

Eropa Masih Tertinggal Soal Regulasi

Sebagian besar negara Eropa belum mengizinkan penerapan publik teknologi di atas Level 2, sehingga pengemudi masih diwajibkan memegang kendali setiap saat.
Komisi Eropa kini berupaya menyatukan kerangka regulasi yang masih terfragmentasi agar Eropa tidak tertinggal dari AS dan China.

Startup asal Berlin, Vay, misalnya, sedang menguji teknologi robotaksi dan bus otonom di Jerman, serta menjalankan layanan rental mobil dengan sistem kendali jarak jauh di Las Vegas dan Belgia.

Co-founder Vay, Fabrizio Scelsi, mendukung langkah Uni Eropa tersebut. Menurutnya, kehadiran perusahaan China akan memaksa pemain lokal bergerak lebih cepat dan memperkuat inovasi di industri kendaraan otonom Eropa.

Selanjutnya: Pemerintah Bakal Menerbitkan Dimsum Bond, Ekonom Ingatkan Faktor Kunci Berikut!

Menarik Dibaca: 5 Makanan yang Mengurangi Risiko Penurunan Kognitif Setelah Usia 55 Tahun, Apa Saja?




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×