Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Setumpuk dokumen Pemerintah China yang bocor mengungkap detail tindakan kekerasan terhadap warga Uighur dan muslim lainnya di wilayah Xinjiang di bawah Pemerintahan Presiden Xi Jinping.
Dokumen-dokumen itu, yang mengacu laporan New York Times dibocorkan oleh seorang anggota partai politik China, menunjukkan, bagaimana Xi menyampaikan serangkaian pidato internal kepada para pejabat selama dan setelah kunjungan 2014 ke Xinjiang, pasca serangan penikaman oleh militan Uighur di sebuah stasiun kereta api yang menewaskan 31 orang.
Menurut laporan New York Times yang terbit Sabtu (16/11) mengutip dokumen tersebut, Xi menyerukan, "perjuangan habis-habisan melawan terorisme, infiltrasi, dan separatisme menggunakan organ kediktatoran", sambil menegaskan, "sama sekali tidak ada ampun".
Baca Juga: China peringatkan AS: Desakan soal muslim Uighur tidak bantu kesepakatan dagang
Dokumen-dokumen itu juga memperlihatkan ketakutan kepemimpinan China yang semakin meningkat oleh serangan-serangan militan di negara-negara lain dan penarikan pasukan Amerika Serikat (AS) dari Afghanistan.
Hanya, New York Times menyebutkan, tidak jelas, bagaimana dokumen-dokumen total setebal 403 halaman tersebut dikumpulkan dan dipilih.
Beijing membantah melakukan penganiayaan terhadap warga Uighur atau muslim lainnya di Xinjiang. Mereka mengatakan, Pemerintah China justru memberikan pelatihan kejuruan untuk membantu memberantas ekstremisme dan separatisme juga mengajarkan keterampilan baru.
Baca Juga: Menteri Luar Negeri AS Pompeo sebut Partai Komunis China sebagai ancaman
Tapi, Kementerian Luar Negeri China tidak menyangkal keaslian dokumen itu. Tetapi, mereka menyatakan, laporan New York Times adalah sebuah kecerobohan interpretasi selektif yang tuli dan buta terhadap fakta.
"Publik di Xinjiang dengan sepenuh hati mendukung langkah-langkah China untuk menjaga stabilitas. China tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada teroris dan tidak akan membiarkan tindakan-tindakan dalam melindungi kehidupan dan keselamatan masyarakat," kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang seperti dikutip Reuters, Senin (18/11).
"Pengalaman itu bisa ditiru oleh negara lain," imbuh Geng.
Baca Juga: China akan gelontorkan US$ 298,92 juta untuk irigasi Xianjiang Selatan
Surat kabar Global Times yang dikelola Pemerintah China dalam sebuah editorial Senin (18/11) mengatakan, laporan New York Times tidak memiliki moralitas, dan menuduh beberapa pihak di Barat ingin melihat Xinjiang dilanda kekerasan dan kekacauan yang ekstrem.
"China telah mengambil langkah tegas di wilayah Xinjiang untuk memastikan tidak menjadi Republik Chechnya yang lain," tulis editorial Global Times.
Dokumen yang New York Times dapatkan juga menunjukkan kamp-kamp interniran berkembang dengan cepat setelah Chen Quanguo menjadi Ketua Partai Komunis di Xinjiang pada Agustus 2016. Chen sudah mengambil garis keras untuk memadamkan kegelisahan kekuasaan Partai Komunis China selama jabatan sebelumnya di Tibet.
Baca Juga: China rentan ancaman ektrimis religius global