kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.061   77,63   1,11%
  • KOMPAS100 1.056   15,88   1,53%
  • LQ45 830   13,14   1,61%
  • ISSI 214   1,37   0,65%
  • IDX30 424   7,47   1,80%
  • IDXHIDIV20 510   8,45   1,68%
  • IDX80 120   1,82   1,54%
  • IDXV30 125   0,87   0,70%
  • IDXQ30 141   2,25   1,62%

Dulu antre sembako, kini sukses membangun WhatsApp


Selasa, 25 Februari 2014 / 05:14 WIB
Dulu antre sembako, kini sukses membangun WhatsApp
ILUSTRASI. Gejala batu ginjal


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Sandy Baskoro

CALIFORNIA. Nama Jan Koum tiba-tiba melejit di tengah aksi heboh Facebook yang mengakuisisi WhatsApp. Pada pertengahan bulan ini, Facebook membeli WhatsApp dengan nilai transaksi US$ 19 miliar. Jika dikonversi ke rupiah, angka itu setara Rp 228 triliun (kurs Rp 12.000 per dollar AS).

Koum adalah pendiri dan sosok dibalik kesuksesan WhatsApp dalam menjalankan bisnis layanan pesan instan. Memang, nama Koum tidak setenar dengan hasil karyanya yang mendunia. Kini, WhatsApp telah menjelma menjadi layanan pesan instan terbesar dengan jumlah pengguna aktif per bulan mencapai 450 juta.

Seiring dengan akuisisi tersebut, Koum kini masuk dalam jajaran miliarder baru dan namanya menjadi buah bibir. Mungkin, pria kelahiran Ukraina ini tidak pernah bermimpi mencapai kesepakatan bisnis raksasa di awal tahun ini.

Hanya membutuhkan beberapa hari bagi Koum bernegosiasi dan membuat kesepakatan dengan Chief Executive Officer (CEO) Facebook, Mark Elliot Zuckerberg. Secara rinci, Facebook meminang WhatsApp dengan merogoh sekitar US$ 4 miliar dalam bentuk tunai. Selanjutnya, Facebook memberikan saham senilai US$ 12 miliar. Sisanya, sebesar US$ 3 miliar diberikan kepada WhatsApp dalam bentuk saham yang baru bisa dieksekusi dalam beberapa tahun mendatang.

Zuckerberg terpesona dengan strategi Koum dan koleganya, Brian Acton, dalam mengembangkan WhatsApp. Layanan pesan instan ini terbilang sukses tanpa harus menjual iklan dan aplikasi permainan seperti layanan pesan instan lainnya. WhatsApp memang punya motto: No Ads! No Games! No Gimmick!

Zuckerberg berharap, akuisisi WhatsApp menjadikan produk mereka menjadi lebih baik, lebih cepat dan lebih efisien. "Saya sudah mengetahui Jan sejak lama. Kami berdua berbagi visi untuk membuat dunia lebih terbuka dan terhubung. Saya sangat senang Jan setuju bermitra dengan saya untuk membangun masa depan Facebook dan WhatsApp," tulis Zuckerberg, mengenai Koum di halaman Facebook-nya.

Sejatinya, publikasi mengenai kehidupan pribadi Koum tidak banyak. Masa kecilnya  relatif kelabu. Jan Koum adalah imigran dari Ukraina yang hijrah ke Amerika Serikat. Semasa kecil hingga remaja, pria berdarah Yahudi ini terbilang miskin. Saking miskinnya, Koum bersama ibunya harus rela mengantre menggunakan kupon untuk mendapatkan makanan.

Setelah sukses menjadi miliarder, dia rupanya tak jumawa. Koum sadar dari mana dia mulai berpijak. Demi mengenang masa lalunya, Koum mengajak rekannya di WhatsApp  meneken kesepakatan bernilai triliunan rupiah dengan Facebook di depan bekas kantor Dinas Sosial North County, Mountain View, tempat dia dulu mengantre kupon makanan bersama-sama warga kurang mampu.

Setelah transaksi besar itu, Koum bergabung dengan para miliarder yang telah lebih dulu mencatatkan namanya di jajaran Facebook. Sebelumnya, Facebook mencetak beberapa miliarder seperti Zuckerberg yang memiliki kekayaan bersih US$ 30 miliar.

Miliarder lain dari jajaran Facebook adalah Dustin Moskovitz dan Eduardo Saverin, Peter Thiel, Jim Breyer, serta Sean Parker. Miliarder pendatang baru adalah Sheryl Sandberg, yang menjadi kaya setelah harga saham Facebook melonjak.

Dengan bergabungnya Koum ke Facebook, dia digadang-gadang bakal menjadi orang paling kaya setelah Zuckerberg di perusahaan jejaring sosial itu ketimbang nama-nama lainnya. Menjadi petinggi Facebook di usia muda, 37 tahun, Koum diprediksi masih mampu menambah kekayaannya. (Bersambung)



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×