Sumber: South China Morning Post,BBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
“Saya selalu optimis tentang hubungan AS-China sampai saat ini. Di masa lalu, Anda selalu dapat menemukan suara pro-China pada spektrum politik AS, tetapi tidak ada suara seperti itu dalam pemerintahan Trump," kata Yu. Dia merujuk ke jajak pendapat Pew baru-baru ini di mana dari 1.000 orang Amerika, 66% responden memiliki pandangan yang tidak menguntungkan tentang Tiongkok.
Ketegangan di mana-mana
Amerika bukan satu-satunya negara yang terlibat konflik dengan China.
Baca Juga: AS kirim 3 kapal induk hadapi China, RI siagakan 3 kapal perang di Laut China Selatan
Minggu ini, ketegangan berkobar di perbatasan India-China, dengan sedikitnya 20 tentara India tewas dalam aksi kekerasan terburuk yang dialami kedua pihak dalam hampir lima puluh tahun.
Sementara itu, China telah secara aktif mendanai proyek-proyek ekonomi di Pakistan, Myanmar, Sri Lanka dan Nepal - tetangga terdekat India - yang telah menimbulkan kekhawatiran di Delhi bahwa Beijing berusaha untuk memotong pengaruhnya di kawasan itu.
Baca Juga: AS tolak permintaan maskapai penerbangan Tiongkok untuk penerbangan tambahan
Sachs mengakui, kebangkitan China menjadi perhatian bagi negara-negara tetangganya di Asia.
"Pilihan besar terus terang ada di tangan China. Jika China kooperatif, jika terlibat dalam diplomasi, kerja sama regional dan multilateralisme, dengan kata lain - kekuatan lunak - karena itu adalah negara yang sangat kuat .... maka saya berpikir bahwa Asia memiliki masa depan yang cerah."