Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Namun, eksodus pekerja terampil dan tidak terampil - yang melarikan diri dari mobilisasi atau bergabung dengan tentara - telah menciptakan jutaan lowongan yang tidak terisi.
Sanksi terhadap teknologi Barat juga telah memukul produktivitas dan merusak rantai pasokan.
"Dalam jangka panjang, faktor demografi dan masalah teknologi ini akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi yang sangat rendah," kata Ruben Enikolopov, seorang profesor Rusia di Sekolah Ekonomi Barcelona, kepada AFP.
"Ada kemungkinan besar skenario stagnasi ekonomi pada tahun 2025 dan tahun-tahun setelahnya. Itu bukan kepastian, tetapi kemungkinan besar," tambahnya.
Hal itu dapat membuat bank sentral Rusia hanya memiliki sedikit pilihan. Pada minggu lalu, bank sentral Rusia mengatakan pihaknya sudah melihat tanda-tanda perlambatan aktivitas ekonomi dan bahwa inflasi telah mencapai puncaknya.
Bank sentral telah menaikkan suku bunga menjadi 18%.
Baca Juga: Korea Utara Tembakan Rudal Jarak Pendek, Peluncuran Pertama dalam 2 Bulan
Beberapa analis memperkirakan suku bunga dapat mencapai 20% sebelum akhir tahun, sama seperti pada awal konflik.
Pada Waktu itu suku bunga dinaikkan dalam sesi darurat untuk mencegah krisis keuangan dan penarikan besar-besaran bank setelah Barat memberlakukan sanksi.
Biaya pinjaman tersebut melumpuhkan banyak bisnis swasta, yang selanjutnya menghambat pertumbuhan di sektor ekonomi yang tidak terkait dengan militer.