kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Ekspor China Naik Signifikan, Tapi Impor yang Melambat Membayangi Prospek Perdagangan


Selasa, 10 September 2024 / 16:23 WIB
Ekspor China Naik Signifikan, Tapi Impor yang Melambat Membayangi Prospek Perdagangan
ILUSTRASI. Aktivitas ekspor - impor di the Longtan Container Terminal of Nanjing Port in Nanjing, Jiangsu province, China, on July 31, 2024. (Photo by Costfoto/NurPhoto)NO USE FRANCE


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Ekspor China mencatat pertumbuhan tercepat dalam hampir 1,5 tahun pada Agustus. Angka ini menunjukkan bahwa para produsen di negeri tirai bambu itu mempercepat pengiriman pesanan sebelum tarif baru diberlakukan oleh sejumlah negara mitra dagang.

Namun, impor yang lemah di tengah permintaan domestik yang lesu memperlihatkan prospek perdagangan yang kurang cerah.

Data perdagangan yang beragam ini menyoroti tantangan yang dihadapi Beijing dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan tanpa terlalu bergantung pada ekspor, terutama dengan semakin ketatnya pengeluaran konsumen.

Baca Juga: Bankir Paling Terkenal di China Ini Kehilangan Kekayaan US$750 Juta Setelah Ditahan

Ekonomi China telah kesulitan bangkit selama setahun terakhir di tengah krisis berkepanjangan di sektor properti.

Sebuah survei pekan lalu menunjukkan ekspor mengalami kelesuan, dan harga produk pabrik berada pada titik terendah dalam 14 bulan terakhir, yang mengindikasikan produsen menurunkan harga untuk menarik pembeli.

Pengiriman barang keluar dari ekonomi terbesar kedua di dunia ini tumbuh sebesar 8,7% secara tahunan (YoY) pada bulan lalu, menurut data bea cukai yang dirilis pada Selasa (10/9).

Pertumbuhan ini mengalahkan perkiraan kenaikan 6,5% dari jajak pendapat Reuters dan kenaikan 7% pada Juli.

Namun, impor hanya meningkat sebesar 0,5%, jauh di bawah ekspektasi peningkatan 2%, dan turun dari pertumbuhan 7,2% pada bulan sebelumnya.

“Kinerja ekspor yang kuat dan surplus perdagangan ini mendukung pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga dan sepanjang tahun,” kata Zhou Maohua, peneliti makroekonomi di China Everbright Bank.

Baca Juga: Andalkan Alat Berat Asal China, Intraco Penta (INTA) Yakin Kinerjanya Tumbuh

“Namun, lingkungan ekonomi dan geopolitik global cukup rumit serta ekspor China menghadapi banyak tantangan,” tambahnya.

Para ekonom memperingatkan bahwa Beijing berisiko tidak mencapai target pertumbuhannya jika terlalu bergantung pada ekspor.

Data ekonomi yang lemah akhir-akhir ini telah meningkatkan tekanan pada para pembuat kebijakan untuk memberikan stimulus tambahan guna memulihkan ekonomi China.

"Tren ekspor yang kuat ini dapat menunda dukungan kebijakan dalam jangka pendek, tetapi kami tetap memperkirakan adanya langkah-langkah yang lebih berani pada kuartal keempat," tulis analis Nomura dalam sebuah catatan.

Hambatan Perdagangan

Selain itu, hambatan perdagangan yang semakin meningkat menjadi tantangan besar, mengancam momentum ekspor China yang didorong oleh harga kompetitif.

Surplus perdagangan China dengan Amerika Serikat (AS) melebar menjadi US$33,81 miliar pada Agustus, naik dari US$30,84 miliar pada Juli.

Washington terus menyoroti surplus ini sebagai bukti perdagangan yang tidak seimbang dan menguntungkan ekonomi China.

Baca Juga: Trump Tebar Ancaman: Tarif 100% untuk Negara yang Tinggalkan Dolar AS

Kebijakan perdagangan Uni Eropa juga menjadi lebih protektif, dan upaya Beijing untuk bernegosiasi dengan Uni Eropa guna mengurangi tarif kendaraan listrik (EV) dari China belum menunjukkan kemajuan signifikan.

Pada bulan lalu, Kanada mengumumkan tarif 100% pada kendaraan listrik China, bersama dengan tarif 25% pada baja dan aluminium asal China.

Saat China mencoba mengalihkan lebih banyak ekspornya ke Asia Tenggara dan Asia Selatan, penolakan juga muncul di sana.

India berencana menaikkan tarif baja dari China, Indonesia sedang mempertimbangkan bea masuk tinggi untuk tekstil, dan Malaysia membuka penyelidikan antidumping terhadap impor plastik dari China dan Indonesia.

Namun, beberapa analis memperkirakan ekspor China tetap kuat, mengingat nilai yuan yang relatif rendah dan kemampuan eksportir China untuk mengalihkan barang-barang mereka guna menghindari tarif.

“Pengiriman ekspor diperkirakan akan tetap kuat dalam beberapa bulan mendatang. Memang, lebih banyak hambatan sedang dibangun,” kata Zichun Huang, Ekonom China di Capital Economics.

“Kami meragukan bahwa tarif yang diumumkan sejauh ini akan menghambat penurunan nilai tukar efektif yang mendorong peningkatan pangsa pasar ekspor China,” tambahnya.

Baca Juga: WTO: Pemberlakuan Tarif Impor Cenderung Memukul Rumah Tangga Miskin

Impor yang Melambat

Impor yang lebih rendah dari perkiraan bisa menjadi pertanda buruk bagi ekspor di bulan-bulan mendatang, mengingat hampir sepertiga dari pembelian China adalah komponen untuk diekspor kembali, terutama di sektor elektronik.

Pembelian komoditas China juga menunjukkan gambaran domestik yang suram. Impor bijih besi turun 4,73% dari tahun sebelumnya, karena lemahnya permintaan di sektor konstruksi negara tersebut membebani para produsen baja.

Selain itu, meskipun China mencatat rekor impor kedelai sebesar 12,14 juta metrik ton pada Agustus, terdapat tanda-tanda yang mengkhawatirkan bagi kinerja ekspor di masa depan.

Baca Juga: Harga-harga Naik, Inflasi China Ikut Terkerek

Analis mengatakan pembelian besar-besaran ini didorong oleh pedagang yang memanfaatkan harga rendah untuk menimbun stok di tengah kekhawatiran bahwa ketegangan perdagangan dengan AS dapat meningkat jika Donald Trump kembali menjadi presiden.

Secara keseluruhan, meskipun ekspor pada Agustus memberikan dampak positif bagi pertumbuhan, “masih belum pasti apakah momentum ini dapat bertahan,” kata Lynn Song, kepala ekonom ING untuk China.

“Selain tarif yang akan datang dan data pesanan ekspor yang lesu dalam beberapa bulan terakhir, jika momentum pertumbuhan global mulai melambat, ini juga bisa menghambat momentum ekspor China,” tambahnya.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×