Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BERLIN. Perekonomian Jerman semakin tertekan pada paruh pertama 2019. Mengutip Reuters pada Jumat (9/8), perlambatan ekspor Jerman yang selama ini menjadi andalan mulai terjadi.
Kini Jerman harus bergantung pada permintaan di pasar domestik guna memacu pertumbuhan perekonomian sedikit demi sedikit.
Hal ini tidak terlepas dari perlambatan pertumbuhan global yang disertai dengan perselisihan tarif Amerika Serikat dan China. Belum lagi ketidakpastian keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit.
Baca Juga: Saingan utama Uber di AS ini bukukan pertumbuhan pendapatan hingga 72%
Tekanan global ini telah berdampak pada pertumbuhan di seluruh Eropa barat termasuk Jerman.
Padahal Jerman telah mengambil berbagai langkah guna menstimulus pertumbuhan perekonomian saat tekanan luar semakin terasa. Terbukti meningkatknya lapangan pekerja mencapai rekor tertinggi.
Selain itu, pemerintah sudah menaikkan upah guna mendorong inflasi serta biaya pinjaman yang rendah. Tujuannya agar bisa mendorong segmen konsumen dan konstruksi.
Namun, langkah ini belum mampu mendorong perekonomian negara. Hal ini terlihat dari data data Kantor Statistik Federal Jerman yang menunjukkan surplus perdagangan Jerman menyempit menjadi € 109,9 miliar dari €122,4 miliar dalam setengah tahun hingga Juni 2019.
Baca Juga: Sepekan ini, yuan China melemah 1,68%
Di saat impor naik 3,0%, pertumbuhan ekspor melambat menjadi 0,5% dari enam bulan sebelumnya.
Pada bulan Juni ini, ekspor turun 0,1% dari Mei, sementara secara tahunan, ekspor turun hingga 8%. Hal ini menandai tingkat penurunan tahunan tertajam dalam hampir tiga tahun.
Asosiasi bisnis DIHK di Jerman mengatakan pihaknya memperkirakan ekspor hampir dipastikan stagnan sepanjang 2019.
"Meningkatnya proteksionisme dan ekonomi global yang terlihat melemah membebani ekonomi yang bergantung pada ekspor Jerman. Perselisihan perdagangan AS dengan China dan perjuangan gigih untuk Brexit membuat para investor gelisah di seluruh dunia dan mengaburkan prospek bagi produsen barang modal Jerman khususnya,” kata ekonom DIHK Volker Treier.
Sektor ekspor Jerman termasuk industri mobil telah terpukul oleh permintaan yang melambat dari China lantaran pertikaian perdagangannya dengan Amerika Serikat semakin dalam.
Baca Juga: Ribuan demonstran padati terminal kedatangan Bandara Hong Hong
"Kami tidak lagi mengharapkan pemerintah China untuk secara signifikan meningkatkan paket stimulusnya. Sebaliknya, mereka menerima kerugian pertumbuhan yang datang dengan perang dagang,” ujar ekonom Commerzbank Joerg Kraemer.
Baca Juga: Harga produsen China turun untuk pertama kalinya dalam tiga tahun
Mengutip permintaan yang lebih lemah dari pasar negara berkembang dan dari China khususnya, tim peneliti ekonomi bank memangkas perkiraan pertumbuhan 2020 untuk ekonomi Jerman menjadi 0,8% dari 1,3% sebelumnya.
Guna memacu perekonomian, Jerman tengah mempertimbangkan stimulus domestik lainnya. Jerman berencana meningkatkan penerbitan surat utang negara.
Terdapat sinyal bahwa Berlin bersedia melakukan lebih banyak hal dan mengurangi surplus perdagangan dan neraca transaksi berjalannya.
Seorang pejabat senior pemerintah mengatakan kepada Reuters pada hari Kamis bahwa mereka sedang mempertimbangkan untuk mengabaikan kebijakan anggaran berimbang yang sudah lama ada untuk membantu membiayai program perlindungan iklim yang mahal dengan obligasi baru.
Baca Juga: Amerika Serikat menuduh China terapkan rezim preman di Hong Kong
Sementara itu IMF dan Komisi Eropa telah lama mendesak Jerman untuk berbuat lebih banyak guna meningkatkan permintaan domestik sebagai cara untuk meningkatkan impor, merangsang pertumbuhan di tempat lain dan mengurangi ketidakseimbangan ekonomi global.
Surplus neraca berjalan Jerman selama setengah tahun sendiri turun menjadi € 126,4 miliar dari € 130,6 miliar. Tapi capaian ini masih di atas ambang indikatif Komisi Eropa yang sebesar 6% dari produk domestik bruto.