Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
Boeing menambahkan, mereka tidak mendapat persetujuan dari regulator untuk memulai pengiriman sebelum akhir tahun. Ini memaksa Boeing memperlambat produksi lebih lanjut atau untuk sementara waktu menutup jalur produksi 737 MAX, sebuah langkah yang akan memiliki dampak di seluruh rantai pasokan globalnya.
Seluruh pesawat Boeing terlaris ini sudah di-grounded sejak Maret lalu setelah dua kecelakaan fatal di Indonesia dan Ethiopia yang menewaskan total 346 orang. Rabu (11/12), Kepala FAA Steve Dickson menyatakan, pihaknya melarang Boeing 737 MAX terbang sebelum 2020.
Baca Juga: Pilot mogok, Jetstar pangkas rute domestik dan siap jual pesawat
"Fokus Boeing harus pada kualitas dan ketepatan waktu pengiriman data untuk tinjauan FAA. Persyaratan sertifikasi FAA harus 100% lengkap sebelum kembali terbang," kata Dickson kepada CEO Boeing Dennis Muilenburg, mengutip e-mail yang FAA kirim kepada anggota parlemen AS seperti dikutip Reuters.
Bulan lalu, Boeing mengatakan, pihaknya memperkirakan FAA akan mengizinkannya untuk melanjutkan pengiriman 737 MAX pada Desember. Sedang American Airlines Group Inc, Kamis (12/12) pekan lalu menyatakan, pihaknya memperpanjang pembatalan Boeing 737 MAX hingga 6 April.
"Dickson khawatir Boeing akan terus mengejar jadwal kembali ke layanan yang tidak realistis. Lebih memprihatinkan, administrator ingin langsung mengatasi persepsi bahwa beberapa pernyataan publik Boeing telah dirancang untuk memaksa FAA mengambil tindakan lebih cepat," tulis FAA dalam e-mail kepada nggota Kongres AS pekan lalu.