kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Gara-gara corona, separuh perusahaan ritel China terancam kolaps dalam enam bulan


Jumat, 20 Maret 2020 / 15:11 WIB
Gara-gara corona, separuh perusahaan ritel China terancam kolaps dalam enam bulan
ILUSTRASI. Warga mengenakan masker di Beijing, China. Akibat corona, separuh perusahaan ritel China terancam kolaps dalam enam bulan. REUTERS/Carlos Garcia Rawlins


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Hampir setengah dari perusahaan konsumer yang terdaftar di China akan kolaps karena tidak memiliki cukup uang untuk bertahan selama enam bulan ke depan. Pemerintah Beijing diminta untuk mengembalikan ekonomi dan kegiatan konsumsi di China.

Dilansir dari Bloomberg, Jumat (20/3), bisnis restoran berada dalam kondisi terburuk akibat wabah corona karena sekitar 60% tidak mampu menutupi biaya karyawan serta uang sewa menurut data yang dikumpulkan Bloomberg dan laporan keuangan 50 perusahaan publik.

Baca Juga: Angka kematian corona AS tembus 200, California berlakukan kebijakan stay at home!

Selain itu, hampir setengah dari perusahaan perhiasan dan pakaian tidak memiliki uang tunai selama enam bulan ke depan, kecuali permintaan mereka meningkat tajam. Sementara pengecer seperti Starbucks Corp dan Haidilao International Holding Ltd. telah membuka lebih banyak toko di daerah berisiko rendah.

Walaupun tingkat permintaan tampaknya tidak mungkin pulih dengan cepat karena konsumen tetap ragu untuk meninggalkan rumah mereka setelah pemerintah memberi peringatan akan bahaya berkumpul dengan banyak orang ketika pandemi corona.

Meskipun pabrik-pabrik China telah melanjutkan produksi tapi sektor ritel berharap kembali pulih. Haidilao memiliki ratusan juta dolar untuk mendukung bisnisnya selama sembilan bulan, sementara pengecer Anta Sports Products Ltd. dan Chow Tai Fook Jewellery Group Ltd. juga dapat menutupi biaya penjualan dan pemasaran melebihi enam bulan.

Sayangnya Leysen Jewelry Inc. hanya dapat menutupi biaya tetap selama tiga bulan. Operator makanan cepat saji Jiumaojiu International Holdings Ltd. dan produsen sepatu Daphne International Holdings Ltd. akan kehabisan uang tunai bahkan lebih cepat jika konsumen terus tinggal di rumah.

Baca Juga: Waspada gelombang kedua infeksi virus corona impor

Banyak usaha kecil dan menengah China sudah kolaps karena kehabisan uang tunai, tetapi kerentanan perusahaan ritel publik ini menunjukkan akan bahaya ekonomi yang lebih besar, karena beberapa di antaranya mempekerjakan ribuan pekerja di seluruh negeri. Penutupan toko dan PHK dikhawatirkan sejumlah analis.

“Jumlah toko yang kehilangan uang bagi pengecer dan pemilik restoran bisa meningkat karena pandemi covid-19 terus membebani sentimen konsumen. Kenaikan beban kas operasional pada tingkat sub-optimal dapat mendorong operator untuk menutup outlet,” kata analis Bloomberg Intelligence Catherine Lim.

Data yang dirilis Senin (16/3) menunjukkan penjualan ritel di ekonomi terbesar kedua di dunia itu anjlok 20,5% dalam dua bulan pertama tahun ini, dengan sektor restoran merosot 43,1%.

Layanan ini mengalami pukulan lebih besar dari manufaktur. Ekonom Barclays pekan lalu memperkirakan penurunan output sekitar 70% YoY di Februari 2020 sebelum membaik menjadi penurunan 40%-45%. Itu dibandingkan dengan penurunan 30%-35% untuk manufaktur.

Baca Juga: Efek corona, Fitch pangkas pertumbuhan ekonomi global

Pemerintah China telah memangkas suku bunga, memerintahkan bank untuk meningkatkan pinjaman dan melonggarkan kriteria kredit bagi perusahaan untuk memulai kembali operasi dan mengembalikan perekonomian ke jalurnya . Pemerintah daerah juga meluncurkan stimulus untuk membawa pelanggan keluar dari rumah mereka untuk berbelanja.

Provinsi Anhui, Jiangxi, dan Jiangsu pekan lalu mendesak para pejabat menghimbau pengusaha restoran dan pusat perbelanjaan untuk buka kembali setelah berminggu-minggu tutup.

Nanjing membagikan kupon untuk belanja makanan dan minuman, olahraga, barang elektronik, dan buku-buku, sementara warga di Hangzhou disuguhi bus dan kereta bawah tanah gratis.

Upaya itu datang terlambat untuk membantu Song Hongyang, pendiri restoran yang berbasis di Shenzhen, Zui Weng Ting. Dia menutup operasi pada 1 Maret 2020 setelah lebih dari 20 tahun berbisnis, karena tidak mampu membayar uang sewa lebih dari 10.000 yuan atau setara US$ 1.400 dan gaji karyawan per hari.

Baca Juga: Walmart rekrut 150.000 pekerja baru saat panic buying melanda AS

Akibatnya, dia dan pemilik setidaknya tiga restoran lain di dekatnya berusaha menjual toko mereka. "Aku belum mengalami waktu yang lebih sulit dari ini dan hampir bisnis ini di titik nol," kata Song.




TERBARU

[X]
×