Sumber: Channelnewsasia.com | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - PARIS. Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) mengatakan, maskapai global bakal menderita kerugian total lebih dari US$ 84 miliar (sekitar Rp 1.173 triliun) tahun ini, setelah krisis virus corona baru menghancurkan bisnis transportasi udara.
"Secara finansial, tahun 2020 akan menjadi tahun terburuk dalam sejarah penerbangan dunia," kata Direktur Jenderal IATA Alexandre de Juniac dalam konferensi pers, Selasa (9/6), seperti dikutip Channelnewsasia.com.
"Setelah kerugian bersih US$ 84 miliar tahun ini, kami memperkirakan kerugian tambahan US$ 15 miliar pada tahun depan," ujarnya yang menambahkan, 290 maskapai anggota IATA terdampak pandemi virus corona dan penguncian global.
Baca Juga: Ada corona, maskapai penerbangan China rugi US$ 4,8 miliar sepanjang kuartal I-2020
"Sebagai perbandingan, maskapai kehilangan US$ 31 miliar saat krisis keuangan global dan lonjakan harga minyak pada 2008 dan 2009 lalu. Tidak ada perbandingan untuk dimensi krisis ini (virus corona)," kata de Juniac.
Dalam revisi proyeksi, IATA memperkirakan, lalu lintas penumpang pesawat meningkat 55% pada 2021 dari 2020.
De Juniac menyebutkan, survei IATA menunjukkan, orang akan kembali terbang segera setelah perbatasan terbuka, dan operator harus siap untuk memulai kembali penerbangan secara teratur begitu permintaan kembali sesuai protokol kesehatan.
Baca Juga: Asosiasi: Lalu lintas penumpang di bandara Asia Pasifik berpotensi turun 24% di Q1
Utang meningkat jadi US$ 550 miliar
"Prospeknya paling sulit untuk dikatakan. Tapi, penerbangan adalah industri yang tangguh," sebut De Juniac.
"Dengan pendekatan yang diselaraskan secara global dan diakui bersama untuk langkah-langkah memulai kembali, kami bisa membangun kembali kepercayaan diri para pelancong dan memulai pemulihan dalam penerbangan dan secara lebih luas," imbuhnya
Dia menambahkan, sektor penerbangan berharap, serangkaian langkah-langkah keamanan termasuk pengujian massal virus yang lebih efektif akan "memberi pemerintah kepercayaan diri untuk membuka kembali perbatasan tanpa langkah-langkah karantina".
Baca Juga: PHK maskapai tetap naik meski berbagai negara sudah kucurkan bantuan US$ 85 miliar
Tetapi, De Juniac memperingatkan tentang peningkatan beban utang maskapai, karena tanpa ada langkah-langkah bantuan pemerintah, dari US$ 120 miliar menjadi US$ 550 miliar, setara dengan sekitar 92% dari proyeksi total pendapatan 2021.
IATA memperingatkan pada April lalu, maskapai menghadapi "kiamat" tanpa bantuan negara dan meramalkan pendapatan akan merosot 55% di tengah penurunan permintaan penumpang yang paling tajam sejak serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.