CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,39   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,24   -0,75%
  • LQ45 871   -4,39   -0,50%
  • ISSI 216   -1,76   -0,80%
  • IDX30 446   -1,80   -0,40%
  • IDXHIDIV20 540   0,25   0,05%
  • IDX80 126   -0,90   -0,71%
  • IDXV30 136   0,12   0,09%
  • IDXQ30 149   -0,33   -0,22%

Gempar! Facebook putuskan pertemanan dengan Australia


Jumat, 19 Februari 2021 / 05:36 WIB
Gempar! Facebook putuskan pertemanan dengan Australia
ILUSTRASI. Australia menyuarakan kekesalannya setelah Facebook memblokir berita di Australia dalam eskalasi perselisihan yang mengejutkan. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Sengketa ini berpusat pada undang-undang Australia terencana yang akan mewajibkan Facebook dan Alphabet Inc. Google mencapai kesepakatan untuk membayar outlet berita yang tautannya mengarahkan lalu lintas ke platform mereka, atau menyetujui harga melalui arbitrase.

Seorang juru bicara Facebook mengatakan bahwa CEO Mark Zuckerberg sudah melakukan pembicaraan telepon yang konstruktif dengan Menteri Keuangan  Australia Josh Frydenberg. Dia juga mengatakan kekecawaannya dengan undang-undang yang diusulkan. Dia mengatakan, Facebook akan terus terlibat dengan pemerintah terkait amandemen undang-undang.

Reuters memberitakan, Facebook telah memblokir sebagian besar halaman karena rancangan undang-undang tersebut tidak mendefinisikan konten berita dengan jelas. Dikatakan bahwa komitmennya untuk memerangi kesalahan informasi tidak berubah, dan akan memulihkan halaman yang tidak sengaja dihapus.

Baca Juga: Facebook akan batasi penyebaran konten milik militer Myanmar

"Karena undang-undang tidak memberikan pedoman yang jelas tentang definisi konten berita, kami telah mengambil definisi yang luas untuk menghormati undang-undang yang telah dirancang," kata juru bicara perusahaan seperti yang dikutip Reuters.

Facebook menggunakan alat pembelajaran mesinnya untuk mengidentifikasi berita di situs dalam menanggapi tindakan Australia yang memblokir segala sesuatu mulai dari berita dan situs web pemerintah hingga situsnya sendiri di Australia pada satu titik.

Baca Juga: Minggu ini, Facebook mulai batasi konten politik di Indonesia

Benedict Evans, seorang analis media digital dan mantan mitra di perusahaan modal ventura Andreessen Horowitz, mengatakan argumen bahwa Facebook akan bersedia membayar tautan artikel berita di platformnya jika bukan karena dominasinya salah arah, dan tidak ada situs web lain yang membayar penerbit untuk menautkan berita.

"Ada penyembunyian logika ini. Tidak ada yang pernah membayar untuk menautkan, terlepas dari kekuatan pasar mereka," tulis Evans dalam sebuah postingan blog pada hari Rabu.



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×