Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak relatif stabil pada Rabu (24/9/2025) karena laporan industri menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah AS pekan lalu, menambah sentimen pasar akan pengetatan pasokan.
Mengutip Reuters, harga minyak berjangka Brent naik 3 sen menjadi US$ 67,66 per barel pada pukul 06.30 GMT. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS naik 5 sen menjadi US$ 63,46 per barel.
Kedua harga acuan minyak naik lebih dari US$ 1 per barel pada hari Selasa karena kesepakatan untuk melanjutkan ekspor dari Kurdistan Irak terhenti, menghentikan pengiriman minyak melalui pipa dari wilayah tersebut ke Turki meskipun ada harapan akan tercapainya kesepakatan untuk mengakhiri kebuntuan, karena dua produsen utama meminta jaminan pembayaran utang.
Baca Juga: Stok Minyak Mentah AS Turun, Harga Minyak Mentah Perpanjang Kenaikan
Kesepakatan antara pemerintah federal dan daerah Kurdi di Irak serta perusahaan-perusahaan minyak akan melanjutkan ekspor sekitar 230.000 barel minyak per hari. Aliran pipa telah dihentikan sejak Maret 2023.
"Harga diperkirakan akan tetap terdukung tetapi dalam kisaran tertentu dalam waktu dekat," kata Emril Jamil, analis minyak senior di LSEG.
Jamil menambahkan, gangguan pasokan yang berkelanjutan dari Rusia menopang harga, tetapi kenaikan lebih lanjut dibatasi oleh ketidakpastian atas keputusan suku bunga Federal Reserve AS.
Data dari American Petroleum Institute menunjukkan stok minyak mentah dan bensin AS turun, sementara stok distilat naik pekan lalu, menurut sumber pasar yang mengutip data API.
Data tersebut menunjukkan stok minyak mentah turun 3,82 juta barel dalam pekan yang berakhir 19 September, kata sumber tersebut, sementara persediaan bensin turun 1,05 juta barel dan persediaan distilat naik 518.000 barel.
Baca Juga: Harga Minyak Ditutup Naik US$ 1, Ditopang Terhentinya Pemulihan Ekspor Minyak Irak
Data energi resmi pemerintah AS akan dirilis pada hari Rabu, yang diperkirakan akan menunjukkan peningkatan stok minyak mentah dan bensin, serta kemungkinan penurunan stok distilat.
Ada tanda-tanda lain yang menunjukkan pengetatan pasokan. Reuters melaporkan bahwa perusahaan minyak besar AS, Chevron, hanya akan mampu mengekspor sekitar setengah dari 240.000 barel minyak mentah per hari yang diproduksinya bersama mitra di Venezuela.
Pada bulan Juli, perusahaan tersebut menerima izin untuk beroperasi di negara yang terkena sanksi, tetapi aturan baru ini akan mengurangi jumlah minyak mentah berat dan berkadar sulfur tinggi yang diproduksi di Venezuela yang akan mencapai AS.