Sumber: The Guardian |
BEIJING. Hari ini hari pertama Xi Jinping duduk di kursi Presiden China. Xi menuntaskan proses transisi kepemimpinan China dari generasi lama ke generasi baru. Ia akan menjadi pemimpin tertinggi di China selama satu dekade ke depan.
Di gedung Great Hall of People, Beijing, parlemen China memilih Xi dengan perolehan suara 2.952 berbanding satu, sedangkan tiga abstain.
Pemilihan Xi merupakan suksesi kepemimpinan kedua sejak Partai Komunis China (PKC) berkuasa di tahun 1949.
Pada kenyataannya, Xi sudah dipilih oleh elite partai jauh sebelum hari ini. Kekuasaan Xi berakar pada posisinya sebagai sekretaris jenderal partai dan pimpinan komisi militer partai. Ia mengambil alih kedua posisi itu dari Hu Jintao pada November 2012.
Selain Xi, Li Keqiang menggantikan Wen Jiabao sebagai perdana menteri. Sedangkan Li Yuanchao terpilih sebagai wakil presiden, namun ia tak masuk dalam jajaran standing comitte Politbiro.
Pemerintahan baru China menghadapi tantangan mulai dari kesenjangan sosial, korupsi, pencemaran lingkungan parah, hingga masalah hubungan luar negeri.
Xi telah memulai gebrakannya dengan usaha mengekang korupsi dan birokrasi. Misalnya, ia melarang pejabat China menerima hadiah dan menggelar jamuan mewah ketika rapat.
Ia mendekati militer dengan kunjungan resmi, mengadakan perjalanan ke selatan China mengikuti jejak Deng Xiaoping untuk memberi sinyal reformasi ekonomi, mendatangi desa-desa miskin, dan menyebarkan pesan optimistis 'impian China'.
Namun analis mengingatkan bahwa perubahaan yang dibutuhkan China berarti menantang kepentingan politik tertentu. Banyak pengamat yang skeptis atas efektivitas kampanye antikorupsi Xi.
Willy Lam dari Chinese University of Hong Kong berkata kepada Associated Press, "Ia harus berjalan di garis yang tegas.Jika ia benar-benar serius untuk memburu kader seniornya, ia mungkin dapat memantapkan otoritasnya. Nmaun, hal itu juga berarti menghancurkan hubungannya dengan blok-blok kekuasaan dan pemegang kepentingan tertentu."