Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak China memberlakukan larangan ekspor mineral kritis ke Amerika Serikat pada Desember 2024, aliran logam antimon dalam jumlah besar secara tidak biasa tercatat memasuki pasar AS dari Thailand dan Meksiko. Data kepabeanan menunjukkan bahwa setidaknya satu perusahaan milik China terlibat dalam perdagangan tersebut.
Antimon merupakan logam yang digunakan dalam baterai, chip semikonduktor, dan bahan tahan api, sebelumnya sebagian besar dipasok oleh China, negara yang juga menguasai pasokan galium dan germanium.
Ketiganya merupakan bahan penting dalam sektor telekomunikasi, teknologi militer, dan manufaktur chip. Namun, larangan ekspor Beijing ke AS telah memicu pergeseran jalur perdagangan yang signifikan dan menimbulkan tantangan dalam penegakan pembatasan tersebut.
Perdagangan Loncat Negara, Celah Baru bagi Pasokan
Data perdagangan menunjukkan bahwa AS mengimpor 3.834 metrik ton antimon oksida dari Thailand dan Meksiko antara Desember 2023 dan April 2024—jumlah yang lebih besar dibandingkan hampir tiga tahun sebelumnya digabung.
Baca Juga: China Batasi Ekspor Rare Earth, Industri Otomotif Global Tersendat
Di sisi lain, China mencatat lonjakan ekspor antimon ke Thailand dan Meksiko, dua negara yang sebelumnya tidak masuk dalam 10 besar tujuan ekspor logam tersebut.
Kedua negara hanya memiliki satu fasilitas peleburan antimon, tanpa tambang aktif berskala besar. Hal ini menimbulkan dugaan kuat bahwa logam berasal dari China dan dialihkan melalui negara-negara pihak ketiga sebagai bentuk transshipment.
Menurut Ram Ben Tzion, CEO platform digital pengawasan pengiriman Publican, ada pola transshipment yang konsisten meskipun data perdagangan belum bisa mengidentifikasi perusahaan tertentu.
“Perusahaan China sangat kreatif dalam menghindari regulasi,” ujarnya kepada Reuters.
Bukti Transshipment oleh Perusahaan Milik China
Perusahaan Thai Unipet Industries, anak usaha produsen antimon China, Youngsun Chemicals, tercatat sebagai eksportir utama ke AS. Berdasarkan 36 dokumen pengiriman, Unipet mengirim setidaknya 3.366 ton produk antimon dari Thailand ke AS dalam periode Desember hingga Mei—sekitar 27 kali lipat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Pembeli utama adalah Youngsun & Essen, perusahaan berbasis di Texas yang sebelumnya mengimpor sebagian besar antimon trioxide dari induk Unipet di China. Baik Unipet maupun Youngsun & Essen belum memberikan pernyataan terkait pengiriman ini.
Baca Juga: China dan Uni Eropa Capai Kemajuan dalam Perdagangan, Ekspor Rare Earth Jadi Fokus
Meski dokumen tidak menunjukkan asal pasti bahan mentahnya, lonjakan volume dan riwayat dagang perusahaan menambah indikasi bahwa perdagangan ini adalah bagian dari strategi memutar jalur pengiriman pasca larangan ekspor China.
Celah Regulasi dan Tantangan Penegakan
Larangan China hanya berlaku untuk ekspor langsung ke AS, dan perusahaan China masih diizinkan mengekspor ke negara lain dengan lisensi. Hukum AS pun tidak melarang pembelian mineral asal China, selama tidak dikirim langsung dari negeri tirai bambu.
Namun, China menganggap transshipment sebagai pelanggaran serius, bahkan dapat dikategorikan sebagai penyelundupan yang diancam hukuman penjara lebih dari lima tahun.
Menurut James Hsiao, pengacara di firma hukum White & Case, hukum ini juga berlaku terhadap transaksi luar negeri jika pelakunya adalah perusahaan China yang gagal memastikan pengguna akhir produk.
“Meskipun ada kebijakan, penerapannya adalah tantangan yang berbeda,” ujar Ben Tzion.
Baca Juga: Balas Tarif Trump, China Batasi Ekspor Rare Earth, Industri AS Alami Kepanikan
Permintaan Tinggi dan Potensi Keuntungan
Pasar internasional kini menawarkan keuntungan besar bagi para pelaku yang berani mengambil risiko. Kelangkaan pasokan akibat larangan ekspor telah mendorong harga antimon, galium, dan germanium ke rekor tertinggi.
Meski ekspor China terhadap dua logam terakhir masih di bawah tingkat pra-pembatasan, AS diperkirakan akan tetap mampu memenuhi kebutuhan dalam jumlah serupa—meskipun dengan harga yang lebih mahal.
Sementara China terus berupaya memperkuat kendali atas rantai pasok strategis, dinamika perdagangan mineral kritis ini menjadi simbol perebutan dominasi ekonomi dan teknologi antara dua kekuatan global: AS dan China.