Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - LONDON. Pelemahan perekonomian diprediksi akan berlanjut di 2023 mendatang. Kondisi ini akan membuat perekonomian di sejumlah negara terancam, mulai dari Jerman, Italia, Inggris, Korea Selatan hingga Taiwan, mengutip Aljazeera pada Jumat (30/9).
Dari benua biru, Jerman, Italia dan Inggris menjadi tiga ekonomi terbesar yang akan mengalami resesi panjang tahun depan. Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menyebut persoalan ini datang karena krisis pasokan energi yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina.
OECD mengharapkan pertumbuhan perekonomian zona euro hanya sebesar 0,3% pada 2023. Ini menunjukkan bahwa banyak ekonomi blok itu akan berada dalam resesi sepanjang periode tahun ini.
Baca Juga: Diambang Resesi, Prospek Perekonomian Global Makin Gelap
Sementara Asia Pasifik diperkirakan akan menghindari kontraksi perekonomian. Namun terdapat tantangan dari kebijakan penguncian dan pembatasan perbatasan Zero Covid-19 dari China. Ini akan menjadi hambatan serius pada potensi pertumbuhan kawasan.
Pada hari Selasa, Bank Dunia memangkas perkiraan ekonominya untuk Asia Pasifik menjadi 3,2%. Nilai ini turun dari 5% dari proyeksi di April lalu. Sedangkan, perkiraan perekonomian China juga turun separuh menjadi 2,8%.
Trinh Nguyen, ekonom senior untuk negara berkembang Asia di Natixis yang berbasis di Hong Kong, mengatakan ekonomi Asia tidak akan terhindar dari dampak kenaikan suku bunga yang serentak dilakukan oleh bank sentral.
Ia mengatakan, meskipun kawasan itu melihat ada perlambatan, kehancuran ekonomi masih akan sulit terjadi untuk ekonomi Asia.
“Kami pikir pertumbuhan Asia akan melambat. Untuk ekonomi yang lebih terpapar pada siklus perdagangan, dampak melemahnya permintaan eksternal akan terasa lebih buruk, seperti Korea Selatan dan Taiwan,” kata Nguyen.
Kendati demikian, di negara berkembang Asia tidak termasuk China, pengetatan kondisi keuangan akan menekan investasi. Konsumsi diperkirakan akan melambat namun masih akan menjadi pertumbuhan perekonomian di negara berkembang ini.
Harvey, Profesor di Universitas Duke, mengatakan lebih percaya diri bahwa Eropa akan menghabiskan 2023 dalam resesi daripada AS. Ia menilai dunia akan menghadapi prospek ekonomi yang genting.
“Inflasi adalah fenomena global. Lonjakan inflasi sering dikaitkan dengan resesi. Ya, jika AS masuk ke dalam resesi, kemungkinan akan mengarah ke resesi global, terutama mengingat Eropa kemungkinan sudah dalam resesi,” tambahnya.
Baca Juga: Memilih Saham-Saham Emiten yang Kebal dari Ancaman Resesi Global
Sebuah survei yang dirilis oleh Forum Ekonomi Dunia yang berbasis di Swiss pada hari Rabu lalu menunjukkan tujuh dari 10 responden dalam sampel 22 ekonom sektor swasta dan publik terkemuka mengatakan mereka percaya resesi global setidaknya agak mungkin terjadi pada tahun 2023.
Sementara itu, Ned Davis Research, sebuah firma riset yang berbasis di Florida yang dikenal dengan Model Probabilitas Resesi Global, meningkatkan kemungkinan resesi global tahun depan menjadi 98,1%. Tertinggi sejak penurunan terkait pandemi COVID-19 tahun 2020 dan krisis keuangan global pada krisis 2008-2009.