Reporter: Dyah Megasari |
LONDON. Amerika Serikat (AS) dibuat kalang kabut atas artikel yang membocorkan program rahasia, Prism. Program itu merupakan tindakan pengintaian yang dilakukan oleh pemerintah AS.
Siapa yang menguak rahasia itu? Adalah Edward Snowden, mantan anggota CIA yang secara sukarela mengungkapkan identitasnya setelah menyatakan bahwa badan intelijen Amerika menggunakan program rahasia untuk memantau jutaan telepon, email dan bentuk komunikasi lain.
Dalam wawancara dengan harian Inggris, The Guardian, Ia menuding Amerika sudah mengancam demokrasi. Informasi Snowden ini menimbulkan keprihatinan tentang sejauh mana langkah pemerintah Paman Sam dalam menggalang informasi.
Snowden terbang ke Hong Kong tanggal 20 Mei dan bersembunyi di satu hotel. Menurutnya, pengintaian dan penyadapan yang dilakukan oleh pemerintah AS sangat menakutkan.
Beri informasi di Hong Kong
"Saya tidak ingin tinggal dalam masyarakat yang melakukan hal seperti itu. Saya tidak ingin hidup di dunia di mana semua yang saya lakukan dan katakan direkam,” ujarnya.
Dari informasi yang diberikan, pemerintah AS menaruh alat penyadap di berbagai mesin. “Begitu masuk ke jaringan, saya dapat mengidentifikasi mesin itu. Anda akan tidak pernah bisa selamat seberapa besar perlindungan yang dilakukan,” lanjutnya.
Atas tindakannya membeberkan rahasia negara, Ia sudah memperkirakan hal itu akan membuatnya dipenjara.
Kekhawatiran yang selama ini dipikirkan Snowden adalah, AS akan bertindak agresif terhadap siapa pun yang mengenalnya. “Itulah yang membuat saya terjaga pada malam hari,” akunya.
Ia memilih bertolak ke Hong Kong karena menganggap kawasan itu memiliki tradisi kuat dalam mendukung kebebasan berbicara.
Hong Kong menandatangani traktat ekstradisi dengan Amerika tidak lama sebelum kawasan itu dikembalikan dari Inggris ke China tahun 1997.
Namun, Beijing dapat memblokir ekstradisi apa pun bila hal itu dapat mempengaruhi pertahanan nasional atau isu kebijakan luar negeri.
Atas tindakan Snowden, Departemen Kehakiman AS meluncurkan investigasi atas bocornya informasi rahasia oleh mantan pakar komputer badan intelijen, CIA tersebgut.