kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -21.000   -1,06%
  • USD/IDR 16.835   40,00   0,24%
  • IDX 6.679   65,44   0,99%
  • KOMPAS100 965   12,40   1,30%
  • LQ45 750   8,15   1,10%
  • ISSI 212   1,80   0,86%
  • IDX30 390   4,00   1,04%
  • IDXHIDIV20 468   2,84   0,61%
  • IDX80 109   1,41   1,31%
  • IDXV30 115   1,81   1,60%
  • IDXQ30 128   1,06   0,84%

Iran dan Rusia Sepakat Perjanjian Energi US$ 4 Miliar, Aliansi Hadapi Sanksi Barat


Sabtu, 26 April 2025 / 06:22 WIB
Iran dan Rusia Sepakat Perjanjian Energi US$ 4 Miliar, Aliansi Hadapi Sanksi Barat
ILUSTRASI. Russian Energy Minister Sergei Tsivilev and Iranian Oil Minister Mohsen Paknejad exchange documents during a signing ceremony in Moscow, Russia, April 25, 2025. REUTERS/Olesya Astakhova


Sumber: IRNA,Al Jazeera | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - TEHERAN — Iran akan menandatangani perjanjian energi senilai US$ 4 miliar dengan sejumlah perusahaan Rusia, sebagai bagian dari upaya mempererat kerja sama strategis dalam menghadapi sanksi ekonomi dari negara-negara Barat.

Menteri Perminyakan Iran, Mohsen Paknejad, mengumumkan kesepakatan tersebut pada Jumat (26/4) melalui siaran televisi pemerintah. Perjanjian itu mencakup pengembangan tujuh ladang minyak Iran oleh perusahaan-perusahaan Rusia.

“Ini adalah langkah penting untuk memperkuat kerja sama energi, sekaligus menanggapi tekanan ekonomi eksternal,” kata Paknejad.

Kesepakatan ini diumumkan bersamaan dengan peningkatan signifikan volume perdagangan antara kedua negara. Menteri Energi Rusia Sergei Tsivilev mengatakan nilai perdagangan tahunan Rusia-Iran melonjak 16,2% menjadi US$ 4,8 miliar pada tahun 2024.

Tsivilev yang juga memimpin Komisi Ekonomi Gabungan Rusia-Iran menyebut Iran sebagai "mitra yang dapat diandalkan", dan menekankan bahwa tahun 2025 akan menjadi momen penting dalam hubungan bilateral menyusul penandatanganan perjanjian kemitraan strategis pada Januari lalu.

Dalam pertemuan Komisi Ekonomi yang berlangsung Jumat, Paknejad dan Tsivilev menandatangani dokumen akhir kerja sama, termasuk nota kesepahaman dalam bidang penelitian sel dan terapi gen.

Baca Juga: Iran Perkuat Kompleks Nuklir Bawah Tanah di Tengah Pembicaraan dengan AS

Diplomasi Energi

Di luar sektor minyak, Rusia juga berencana memasok hingga 1,8 miliar meter kubik gas alam ke Iran tahun ini, meski harga dan rincian teknisnya masih dalam pembahasan. Gazprom disebut akan menjadi pelaksana utama proyek ini.

Menurut Paknejad, kedua negara tengah memfinalisasi kesepakatan dan menjajaki kemungkinan pembentukan pusat distribusi gas regional di Iran, dengan peluang keterlibatan Qatar dan Turkmenistan.

Kerja sama energi ini bukan hal baru. Rusia telah lama menjadi mitra utama Iran dalam proyek-proyek strategis, termasuk pembangunan reaktor nuklir Bushehr—reaktor pertama Iran—di selatan negara itu.

Baca Juga: Iran dan AS Siap Lanjutkan Perundingan Nuklir di Roma untuk Akhiri Kebuntuan Panjang

Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya menyatakan bahwa Moskow secara bertahap dapat memasok hingga 55 miliar meter kubik gas alam per tahun ke Iran, volume yang setara dengan kapasitas pipa Nord Stream 1 ke Eropa yang kini tidak lagi beroperasi.

Konteks Politik Global
Perjanjian energi ini menambah daftar kolaborasi yang semakin erat antara Teheran dan Moskow sejak invasi Rusia ke Ukraina, yang turut memperdalam isolasi kedua negara oleh Barat. Selain di sektor energi, mereka juga menjalin kerja sama di bidang militer, perbankan, dan pertanian.

Langkah ini juga datang di tengah dinamika baru dalam diplomasi nuklir. Iran dikabarkan tengah membangun momentum menuju negosiasi baru dengan Amerika Serikat di Oman, setelah sebelumnya berkonsultasi dengan sekutu-sekutunya di Moskow dan Beijing.

Tonton: Presiden Iran kepada Trump: Saya Tak Akan Bernegosiasi

Pada Kamis (25/4), Paknejad bertemu Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, tokoh penting dalam relasi Rusia dengan OPEC. Pertemuan itu berlangsung di tengah ketegangan internal OPEC+, menyusul usulan peningkatan produksi minyak oleh sebagian anggota pada Juni mendatang.

Peningkatan produksi ini muncul setelah tekanan dari Presiden AS Donald Trump yang menuntut harga minyak lebih rendah, sekaligus menandai kembalinya kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran, dengan tujuan memangkas ekspor minyak Teheran hingga nol.

Selanjutnya: Rupiah Masih Belum Keluar dari Tekanan

Menarik Dibaca: Redmi Note 9 Ponsel dengan Fitur Keren, Ini Spesifikasi Kece yang Ditawarkan



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×