kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Iran dan AS Siap Lanjutkan Perundingan Nuklir di Roma untuk Akhiri Kebuntuan Panjang


Sabtu, 19 April 2025 / 11:48 WIB
Iran dan AS Siap Lanjutkan Perundingan Nuklir di Roma untuk Akhiri Kebuntuan Panjang
ILUSTRASI. Iran dan Amerika Serikat akan kembali melanjutkan perundingan nuklir pada hari Sabtu di Roma dalam upaya memecah kebuntuan panjang. REUTERS/ Patrick T. Fallon TPX IMAGES OF THE DAY


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - DUBAI. Iran dan Amerika Serikat akan kembali melanjutkan perundingan nuklir pada hari Sabtu di Roma, dalam upaya memecah kebuntuan panjang selama puluhan tahun terkait program atom Teheran. Pertemuan ini digelar dalam bayang-bayang ancaman Presiden Donald Trump yang menyatakan tidak segan mengambil aksi militer jika jalur diplomatik gagal.

Dalam perundingan ini, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi dan utusan Timur Tengah dari pemerintahan Trump, Steve Witkoff, tidak akan bertemu secara langsung, melainkan berkomunikasi melalui mediator dari Oman—sama seperti pada putaran pertama yang diadakan seminggu sebelumnya di Muscat dan dianggap "konstruktif" oleh kedua pihak.

Iran: Kesepakatan Masih Mungkin Jika AS Bersikap Realistis

Araqchi telah tiba di Roma, sebagaimana diumumkan melalui akun Telegram pribadinya. Dalam pernyataannya sebelumnya di Moskow pada hari Jumat, ia menyampaikan bahwa Iran masih melihat peluang tercapainya kesepakatan, selama Amerika Serikat mengedepankan sikap realistis dalam tuntutan-tuntutannya.

Baca Juga: China Produksi Baterai Nuklir Mini yang Dapat Bertahan 50 Tahun Tanpa Isi Daya

Meski demikian, Teheran mencoba meredam ekspektasi publik terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan dalam waktu dekat.

Beberapa pejabat Iran sempat berspekulasi bahwa sanksi ekonomi yang dijatuhkan bisa segera dicabut, namun Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengingatkan agar tetap berhati-hati dan berkata, “Saya tidak terlalu optimis maupun pesimis.”

Trump Tegas: Iran Tak Boleh Punya Senjata Nuklir

Presiden Donald Trump tetap pada pendiriannya. Dalam konferensi pers terakhirnya pada Jumat, ia menyatakan:

“Saya ingin menghentikan Iran, sesederhana itu, dari memiliki senjata nuklir. Mereka tidak boleh memilikinya. Saya ingin Iran menjadi negara yang hebat, sejahtera, dan luar biasa.”

Trump sebelumnya menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan enam negara besar dunia pada masa jabatan pertamanya di tahun 2018. Ia kembali menjatuhkan sanksi berat terhadap Iran dan kini telah menghidupkan kembali kampanye “tekanan maksimum” sejak menjabat lagi pada Januari.

Permintaan AS: Hentikan Pengayaan Uranium Tingkat Tinggi

Washington menuntut agar Iran menghentikan produksi uranium dengan tingkat pengayaan tinggi, karena dikhawatirkan mengarah pada pembuatan bom nuklir. Namun Iran menegaskan bahwa seluruh program nuklirnya bertujuan damai dan untuk kepentingan energi sipil.

Teheran menyatakan kesediaannya untuk bernegosiasi dalam hal pembatasan pengayaan uranium, asalkan sanksi dicabut dan ada jaminan kuat bahwa AS tidak akan menarik diri lagi seperti di 2018.

Baca Juga: Untuk Kali Pertama, Kim Jong Un Ungkap Kapal Selam Bertenaga Nuklir Milik Korut

Garis Merah Iran: Tak Akan Menyerah Soal Pengayaan dan Rudal

Seorang pejabat senior Iran yang tak disebutkan namanya mengungkapkan posisi negosiasi Iran. Garis merah Iran meliputi:

  • Tidak akan membongkar sentrifugal pengayaan uranium.

  • Tidak akan menghentikan proses pengayaan uranium sama sekali.

  • Tidak akan menurunkan stok uranium yang telah diperkaya di bawah ketentuan kesepakatan 2015.

  • Tidak akan membahas sistem pertahanan seperti rudal dalam negosiasi apapun.

Sejak tahun 2019, Iran telah melampaui batas pengayaan uranium yang diatur dalam kesepakatan 2015, dan menyimpan stok uranium jauh melebihi ambang batas yang diperlukan untuk program energi sipil.

Negosiasi Tidak Langsung, Masih Ada Jurang Diplomatik

Meskipun kedua pihak—Teheran dan Washington—mengaku berkomitmen pada jalur diplomatik, kesenjangan dalam tuntutan masing-masing masih sangat lebar. Putaran pertama di Muscat memang mencairkan suasana, namun interaksi langsung antara Araqchi dan Witkoff hanya berlangsung sebentar di akhir sesi.

Baca Juga: Macron Buka Pembahasan Perluasan Perlindungan Nuklir Prancis untuk Sekutu Eropa

Roma akan menjadi lokasi kedua bagi dialog yang kembali dilakukan secara tidak langsung melalui mediator Oman. Ini menandakan kehati-hatian kedua negara untuk tidak kembali ke meja perundingan secara penuh, mengingat sejarah panjang ketegangan sejak dekade 2000-an.

Peran Rusia dan Prospek Masa Depan Kesepakatan Nuklir

Rusia, yang juga menjadi pihak dalam kesepakatan nuklir 2015, menyatakan siap berperan sebagai fasilitator atau mediator tambahan jika diperlukan. Moskow mengajukan diri untuk membantu proses perdamaian demi kestabilan kawasan dan mencegah konflik berskala lebih besar.

Dengan perbedaan mendalam yang masih menganga dan kerangka waktu yang sempit, masa depan diplomasi nuklir antara Iran dan AS bergantung pada sejauh mana kedua negara bersedia menunjukkan kelenturan, konsistensi, dan niat politik untuk mencari solusi damai.

Selanjutnya: Robert Kiyosaki Ungkap 10 Negara Bagian AS Terancam Collapse, Ini Daftarnya!

Menarik Dibaca: 6 Manfaat Keringat Untuk Kesehatan Tubuh, Bagus Untuk Kulit Loh



TERBARU

[X]
×