Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - DUBAI. Garda Revolusi menyebutkan, pembunuhan ilmuwan nuklir Iran bulan lalu dilakukan dari jarak jauh, dengan kecerdasan buatan dan senapan mesin yang dilengkapi dengan "sistem pintar yang dikendalikan satelit".
Teheran menyalahkan Israel atas pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh, yang dipandang oleh dinas intelijen Barat sebagai dalang program rahasia Iran untuk mengembangkan kemampuan senjata nuklir. Tapi, Teheran telah lama membantah ambisi semacam itu.
Israel tidak membenarkan atau menyangkal bertanggungjawab atas pembunuhan Fakhrizadeh. Namun, di masa lalu, Israel telah mengakui melakukan operasi intelijen rahasia untuk melawan program nuklir Iran, musuh bebuyutannya.
Iran telah memberikan perincian yang kontradiktif tentang kematian Fakhrizadeh dalam penyerangan pada siang hari, 27 November lalu, saat berada di mobilnya di jalan raya dekat Teheran.
Baca Juga: Kapal rudal Korvet Saar-6 tiba di Israel, Tel Aviv siaga atas serangan Iran
“Tidak ada teroris yang berada di darat. Martir Fakhrizadeh sedang mengemudi ketika sebuah senjata, menggunakan kamera canggih, memperbesarnya,” kantor berita Tasnim melaporkan, Senin (7/12), mengutip Ali Fadavi, Wakil Komandan Garda Revolusi Iran.
Menurut Fadavi, senapan mesin ditempatkan di atas truk pikap dan dikendalikan oleh satelit.
13 Peluru ditembakkan
Pernyataan Fadavi keluar setelah pihak berwenang Iran mengatakan, mereka telah menemukan "petunjuk tentang para pembunuh" Fakhrizadeh, meskipun belum mengumumkan penangkapan apapun.
Tak lama setelah Fakhrizadeh terbunuh, saksi mata menyebutkan kepada televisi Pemerintah Iran, sebuah truk meledak sebelum sekelompok pria bersenjata melepaskan tembakan ke mobil ilmuwan itu.
Baca Juga: Rusia: Siapa pun di balik pembunuhan fisikawan nuklir Iran harus bertanggungjawab
Pekan lalu, Ali Shamkhani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran, menyatakan, pembunuhan itu dilakukan dengan "perangkat elektronik" tanpa ada orang di lapangan.
Para ahli dan pejabat Iran mengatakan kepada Reuters pekan lalu, pembunuhan Fakhrizadeh mengungkap celah keamanan yang menunjukkan pasukan keamanan Republik Islam mungkin telah disusupi dan negeri Mullah rentan terhadap serangan lebih lanjut.
"Sekitar 13 peluru ditembakkan ke martir Fakhrizadeh dengan senapan mesin yang dikendalikan oleh satelit. Selama operasi, kecerdasan buatan dan pengenalan wajah digunakan," kata Fadavi.
Sebab, istri Fakhrizadeh, yang duduk 25 sentimeter darinya di mobil yang sama tidak terluka.