Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Iran mengklaim telah menembak jatuh dua jet tempur siluman F-35I Adir milik Israel yang terlibat dalam serangan presisi terhadap fasilitas militer dan nuklir Iran pada Jumat 13 Juni 2025. Jika benar, ini akan menjadi kali kedua pesawat siluman buatan AS ditembak jatuh dalam pertempuran.
Laporan awal mengenai serangan Israel dalam “Operasi Rising Lion” menyebutkan bahwa F-35I Adir milik Angkatan Udara Israel (IAF) terbang sejauh hampir 2.000 kilometer, menghindari sistem pertahanan udara Iran untuk melancarkan serangan presisi.
Mengutip, Eurasiantimes, Sabtu (14/6/2025), IAF mengungkapkan bahwa operasi tersebut dilakukan secara terkoordinasi antara F-35I, F-16, dan F-15.
Meskipun sekutu terdekat Israel, Amerika Serikat, menjauhkan diri dari perencanaan dan pelaksanaan serangan ini, para pendukung Israel menyambutnya sebagai kemenangan taktis besar bagi IAF.
Baca Juga: Sebelum Sempat Luncurkan Rudal, Rusia Tembak Jatuh Jet Tempur F-16
Beberapa laporan menyebutkan bahwa serangan tersebut juga melibatkan drone dan peluncuran rudal oleh agen-agen di dalam wilayah Iran, yang diduga digunakan untuk menetralisir pertahanan udara Iran. Setelah sistem pertahanan tersebut dihancurkan, jet tempur IAF dapat terbang bebas di wilayah udara Iran.
Citra satelit yang dirilis setelah serangan menunjukkan kerusakan signifikan pada fasilitas nuklir Iran, termasuk di Natanz. Republik Islam Iran juga mengakui kehilangan sejumlah pimpinan tertinggi Garda Revolusi.
F-35I Adir, varian modifikasi dari Lockheed Martin F-35A Lightning II, dipuji sebagai tulang punggung operasi ofensif Israel tersebut.
F-35I Adir Dipuji, Tapi Tak Kebal
Media menyoroti kemampuan mutakhir F-35I Adir, termasuk kombinasi stealth, sensor fusion, dan presisi tinggi, yang memungkinkan IAF menyerang fasilitas nuklir Iran.
Para ahli memuji avionik canggih dan sistem peperangan elektronik terintegrasi yang membuat pesawat ini mampu menembus jaringan pertahanan udara Iran.
Namun, Israel tampaknya gagal mempertimbangkan bahwa bahkan pesawat siluman paling canggih pun tidak sepenuhnya tak terlihat oleh radar. Mereka juga mungkin meremehkan kapabilitas sistem pertahanan udara Iran.
Setelah euforia awal mereda, Iran membalas dengan serangan drone dan rudal balistik ke ibu kota Israel, Tel Aviv, serta Yerusalem.
Serangan ini mengenai markas Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan disertai pernyataan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei untuk “menghancurkan rezim Zionis.”
Di tengah kabar serangan balasan ini, Iran mengklaim telah menembak jatuh dua F-35I Adir.
Baca Juga: Rusia Tembak Jatuh Jet Tempur F-16 Sebelum Sempat Luncurkan Rudal
Sumber militer Iran mengatakan kepada media nasional bahwa pertahanan udara Iran mencegat dua jet F-35 Israel yang melanggar wilayah udaranya pada 13 Juni. Keduanya ditembak jatuh dan salah satu pilot ditangkap setelah ia keluar dari pesawat dan mendarat di wilayah Iran.
Media pemerintah Iran, Press TV, menyatakan: “Iran menjadi negara pertama di dunia yang berhasil menembak jatuh jet tempur generasi kelima dengan menarget dua F-35 milik rezim Zionis.”
IDF langsung membantah klaim tersebut. “Media Iran menyebar kabar palsu,” ujar Kolonel Avichay Adraee, juru bicara IDF untuk media berbahasa Arab. “Berita yang disebarkan media Iran ini sama sekali tidak berdasar.”
Pada 14 Juni, sebuah gambar yang diklaim sebagai puing-puing F-35I Adir yang ditembak jatuh oleh Iran beredar di media sosial.
Namun, blogger militer menyebut gambar itu palsu dan dibuat dengan kecerdasan buatan (AI), serta menunjukkan bahwa permukaan pesawat dalam gambar tersebut tidak menyerupai jet siluman F-35A.
Para blogger juga meragukan keaslian video viral yang menunjukkan sebuah pesawat, diduga F-35I, diserang oleh rudal permukaan-ke-udara.
Baca Juga: Indonesia Pertimbangkan Jet Tempur J-10 Bekas China dan Negosiasi Su-35 Rusia
Pemerintah Iran hingga kini belum merilis bukti visual yang mendukung klaim mereka, seperti foto pilot yang ditangkap atau puing pesawat.
Jika dikonfirmasi, ini akan menjadi kali pertama F-35 ditembak jatuh di mana pun di dunia, sekaligus membuktikan kemampuan pertahanan udara Iran yang sebelumnya dianggap lemah menghadapi serangan Israel ke target strategis mereka.
F-35I Adir: Siluman Buatan Khusus untuk Israel
F-35I Adir adalah varian F-35 Lightning II buatan Lockheed Martin yang dimodifikasi khusus untuk Israel. Modifikasi utamanya mencakup sistem komando, kontrol, komunikasi, komputer, intelijen (C4I), peperangan elektronik, dan integrasi senjata.
Pesawat ini dilengkapi sensor, kemampuan pemrosesan data, sistem penanggulangan buatan Israel, dan teknologi peperangan elektronik mutakhir.
F-35I juga mampu beroperasi secara terintegrasi dengan F-15 dan F-16 milik IAF dalam menjalankan serangan presisi di wilayah musuh, seperti yang dilakukan terhadap Iran.
Selain itu, berkat tangki bahan bakar eksternal, pesawat ini dapat beroperasi jauh di luar perbatasan tanpa bergantung pada pengisian bahan bakar udara. Contohnya, pada Juli tahun lalu, jet Adir menempuh 1.700 kilometer untuk membom pelabuhan Hodeidah yang dikuasai milisi Houthi di Yaman.
Baca Juga: Jet Tempur F-35 AS Seharga Rp 1,5 triliun Jatuh Meledak di Alaska, Pilot Selamat
Potensi kehilangan F-35I Adir dalam pertempuran akan menjadi pukulan besar bagi Lockheed Martin dan IAF, terutama di tengah sorotan terhadap kemampuan jet siluman ini.
Israel sendiri merupakan negara pertama yang menggunakan F-35 dalam pertempuran pada 2018. Tahun lalu, ketika Iran meluncurkan Operasi True Promise terhadap Israel, mereka sengaja menarget Pangkalan Udara Nevatim, tempat F-35 ditempatkan, untuk menghancurkannya sebelum lepas landas.
Meski memiliki teknologi mutakhir, F-35I Adir seperti varian F-35 lainnya bukan pesawat yang tak terkalahkan.
Dalam operasi pemboman AS terhadap Houthi awal tahun ini, sebuah rudal Houthi nyaris menghantam F-35 Lightning II milik AS. Pilot terpaksa melakukan manuver menghindar. Informasi ini diungkap dalam laporan New York Times setelah operasi dihentikan tanpa hasil signifikan.
Fakta tersebut memunculkan pertanyaan besar: jika radar dan sistem pertahanan udara Houthi bisa mendeteksi dan hampir menembak F-35, maka pesawat siluman AS tak sepenuhnya tak terlihat. Padahal satu unit F-35 dibanderol lebih dari US$ 100 juta.
Baca Juga: Jet Tempur Termahal F-35 Milik AS Jatuh di Alaska
Selama ini, pesawat siluman kerap dianggap tak terkalahkan karena kemampuannya meminimalkan tanda radar dan beroperasi di wilayah berbahaya. Namun, di balik reputasi itu, ada kenyataan pahit: tak ada pesawat yang benar-benar tak terlihat oleh radar canggih.
AS Pernah Kehilangan Jet Siluman
Kerapuhan pesawat siluman pertama milik AS, F-117 Nighthawk, terbukti puluhan tahun lalu, pada 1999.
Pesawat yang digadang-gadang tak terlihat radar ini diuji saat NATO meluncurkan kampanye pengeboman Operation Allied Force terhadap pemerintahan Presiden Slobodan Milosevic atas pembersihan etnis terhadap etnis Albania Kosovo.
Sebuah F-117 Nighthawk dengan kode Vega-31 dan julukan “Something Wicked” terbang di atas Serbia pada malam 27 Maret 1999. Pesawat ini dikemudikan Letkol Dale Zelko, veteran Perang Teluk 1991.
Angkatan Darat Yugoslavia saat itu memiliki sistem rudal permukaan-ke-udara S-75, S-125, sistem mobile 2K12 Kub, dan jet MiG-29 Fulcrum. Kondisi ini memaksa pesawat NATO terbang lebih tinggi dan didampingi pesawat pengacau radar EA-6B Prowler.
Baca Juga: Tentara Yaman Tembak Jatuh Drone Canggih MQ-9 yang Nilainya Lebih dari Rp 0,5 triliun
Namun, pada malam 27 Maret, cuaca buruk membuat Prowler tidak bisa terbang. Meski begitu, Nighthawk tetap beroperasi. Desainnya yang bersudut tajam meminimalkan deteksi radar.
Saat menjalankan misi, pilot melihat dua titik terang meluncur dari awan, rudal radar S-125M Neva yang melaju tiga setengah kali kecepatan suara.
Meskipun berusaha menghindar, satu rudal meledak di dekat F-117, merusaknya dan membuat pesawat kehilangan kendali. Pesawat jatuh dan Letkol Zelko berhasil keluar dengan kursi pelontar, lalu diselamatkan tim penyelamat AS.
Puig-puing F-117 ditemukan dan dipamerkan oleh pasukan Yugoslavia sebagai trofi. Insiden ini memaksa AS mengubah taktik penerbangan dan meningkatkan penggunaan sistem pengacau elektronik.
Insiden ini juga menggugurkan klaim bahwa teknologi siluman tak terkalahkan dan merusak reputasi “teknologi tak terlihat” AS yang kala itu dianggap revolusioner.