kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.250.000   11.000   0,49%
  • USD/IDR 16.640   37,00   0,22%
  • IDX 8.140   21,59   0,27%
  • KOMPAS100 1.116   -2,74   -0,25%
  • LQ45 782   -2,78   -0,35%
  • ISSI 287   0,98   0,34%
  • IDX30 411   -1,53   -0,37%
  • IDXHIDIV20 463   -3,28   -0,70%
  • IDX80 123   0,03   0,02%
  • IDXV30 133   -0,26   -0,19%
  • IDXQ30 129   -0,89   -0,69%

Israel Deportasi Greta Thunberg dan 170 Aktivis dari Armada Bantuan Gaza


Senin, 06 Oktober 2025 / 20:36 WIB
Israel Deportasi Greta Thunberg dan 170 Aktivis dari Armada Bantuan Gaza
ILUSTRASI. Greta Thunberg dan awak kapal lainnya menunjukkan tanda kemenangan dari kapal mereka, bagian dari Armada Sumud Global yang bertujuan mencapai Gaza dan mematahkan blokade laut Israel, saat mereka berlayar di lepas pulau Kreta, Yunani, 25 September 2025. REUTERS/Stefanos Rapanis TPX IMAGES OF THE DAY


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - TEL AVIV. Pemerintah Israel mendeportasi aktivis lingkungan asal Swedia Greta Thunberg bersama sekitar 170 aktivis internasional yang sebelumnya ditahan setelah armada mereka dicegah mengirimkan bantuan ke Jalur Gaza pekan lalu.

Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Israel, para aktivis tersebut diterbangkan ke Yunani dan Slovakia.

Dengan deportasi terbaru ini, jumlah total yang telah dipulangkan mencapai 341 orang dari 479 aktivis yang sebelumnya ditahan.

Baca Juga: Turki Pulangkan 137 Aktivis Flotilla Gaza yang Ditahan Israel

“Seluruh hak hukum para peserta telah dijamin, dan satu-satunya kekerasan yang terjadi berasal dari seorang aktivis yang menggigit petugas medis perempuan di penjara Ketziot,” demikian pernyataan resmi kementerian tersebut yang disertai foto Thunberg di bandara pada Senin (6/10/2025).

Thunberg, yang dikenal sebagai pengampanye perubahan iklim, dikabarkan menaiki pesawat dari pangkalan udara Ramon di Gurun Negev, Israel. Pemerintah Israel menyebut armada bantuan tersebut sebagai aksi publisitas semata.

Para deportan berasal dari berbagai negara, termasuk Yunani, Italia, Prancis, Irlandia, Swedia, Polandia, Jerman, Bulgaria, Lithuania, Austria, Luksemburg, Finlandia, Denmark, Slovakia, Swiss, Norwegia, Inggris, Serbia, dan Amerika Serikat.

Baca Juga: Trump Memberi Waktu Bagi Hamas Hingga Minggu Malam untuk Mencapai Kesepakatan Gaza

Aktivis Klaim Alami Perlakuan Buruk

Sejumlah aktivis yang telah kembali ke negaranya menuduh pihak Israel melakukan perlakuan tidak manusiawi selama masa penahanan.

Sembilan warga Swiss yang baru tiba di negaranya mengaku mengalami kurang tidur, kekurangan air dan makanan, hingga pemukulan dan pengurungan di kandang besi, menurut pernyataan kelompok yang mewakili mereka.

Sementara aktivis asal Spanyol melaporkan perlakuan serupa setelah tiba di Madrid pada Minggu malam (5/10).

“Mereka memukul kami, menyeret di tanah, menutup mata kami, mengikat tangan dan kaki, menaruh kami di dalam kandang, dan menghina kami,” ujar pengacara Rafael Borrego di Bandara Madrid.

Beberapa aktivis Swedia juga menuduh Thunberg dipaksa mengenakan bendera Israel selama ditahan, serta tidak diberi akses makanan bersih, air, dan obat-obatan pribadi.

Baca Juga: Israel Hentikan 13 Kapal Bantuan ke Gaza, Bagaimana Nasib Aktivis Greta Thunberg?

Israel Bantah Tuduhan Penyiksaan

Menanggapi tuduhan tersebut, Kementerian Luar Negeri Israel menyebut laporan itu sebagai “kebohongan total.”

“Semua tahanan diberi akses terhadap air, makanan, dan fasilitas sanitasi. Mereka juga tidak ditolak hak hukumnya atau akses ke penasihat hukum,” ujar juru bicara kementerian kepada Reuters.

Kedutaan Besar Swiss di Tel Aviv menyebut pihaknya telah mengunjungi 10 warga Swiss di pusat penahanan dan memastikan mereka dalam kondisi “relatif baik, mengingat situasi yang ada.”

Mantan Wali Kota Barcelona, Ada Colau, yang juga ikut dalam armada tersebut, mengakui adanya “perlakuan kasar”, namun menekankan bahwa hal itu “tidak sebanding dengan penderitaan rakyat Palestina setiap hari.”

Baca Juga: Serangan Israel Tewaskan 23 Warga Gaza, Rencana Gencatan Senjata Terancam Gagal

Isu Hukum dan Diplomatik

Dua jurnalis asal Spanyol, Carlos de Barron dan Nestor Prieto mengatakan, otoritas Israel menandatangani dokumen deportasi atas nama mereka tanpa penerjemah.

“Mereka menaruh dokumen berbahasa Ibrani di depan kami, menolak permintaan penerjemah, dan melarang konsul Spanyol memasuki pelabuhan Ashdod,” kata Prieto.

Beberapa negara yang warganya ditahan, termasuk Spanyol dan Swiss, telah mengonfirmasi bahwa staf konsuler mereka mendapat izin untuk mengunjungi para aktivis di penjara.

Selanjutnya: Tugu Insurance Tanam Mangrove dan Gelar Literasi Keuangan di Kepulauan Seribu

Menarik Dibaca: 5 Makanan yang Mengurangi Risiko Penurunan Kognitif Setelah Usia 55 Tahun, Apa Saja?




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×