Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - KAIRO. Militer Israel melancarkan salah satu gelombang serangan terbesar dalam beberapa pekan terakhir di Gaza pada Selasa (22/4), menurut kesaksian warga setempat.
Sementara itu, otoritas kesehatan memperingatkan bahwa sistem layanan kesehatan di Gaza terancam lumpuh total akibat blokade Israel yang menghentikan semua pasokan bantuan.
Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan bahwa kampanye vaksinasi polio yang didukung oleh PBB dan menargetkan lebih dari 600.000 anak harus dihentikan.
Baca Juga: Israel Ajukan Proposal Gencatan Senjata Baru ke Hamas, Peluang Disepakati Masih Tipis
Penangguhan ini menempatkan wilayah Gaza dalam risiko kemunculan kembali penyakit lumpuh tersebut, yang sebelumnya hampir berhasil diberantas.
Di sisi diplomatik, delegasi Hamas dikabarkan akan datang ke Kairo untuk membahas proposal gencatan senjata terbaru yang mencakup jeda perang selama 5 hingga 7 tahun setelah pembebasan seluruh sandera.
Namun, seorang sumber dari Hamas membantah adanya kunjungan dalam waktu dekat dan menegaskan bahwa kelompok tersebut tetap pada tuntutan agar perang benar-benar diakhiri.
Warga Gaza mengatakan, pasukan Israel menyerang berbagai wilayah dari darat, laut, dan udara—menargetkan rumah-rumah, tenda pengungsian, dan jalan-jalan.
Serangan udara juga menghancurkan alat berat dan kendaraan yang digunakan untuk menyingkirkan puing-puing dan mengevakuasi korban.
Hamas menyatakan bahwa sembilan kendaraan bantuan dari Mesir ikut hancur akibat serangan tersebut, dan menuduh Israel "memperdalam penderitaan rakyat Gaza".
Baca Juga: Macron: Prancis Bisa Akui Negara Palestina di Juni, Dorong Pengakuan Israel oleh Arab
Militer Israel menyebut pihaknya menghancurkan 40 kendaraan teknik yang disebut digunakan untuk kegiatan teroris, termasuk dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023.
Israel menganggap kendaraan tersebut sebagai "komponen utama dalam kemampuan Hamas untuk melakukan operasi teroris".
Israel telah memberlakukan blokade total terhadap Gaza sejak awal Maret dan melanjutkan serangan militernya pada 18 Maret setelah gencatan senjata gagal.
Sejak saat itu, serangan udara Israel telah menewaskan lebih dari 1.600 warga Palestina, menurut otoritas kesehatan Gaza, dan ratusan ribu orang terusir dari rumah mereka seiring Israel memperluas zona penyangga di perbatasan Gaza.
Kampanye pemboman yang telah berlangsung selama 18 bulan ini telah membuat hampir semua bangunan di Gaza tidak layak huni.
Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk kini tinggal di tenda-tenda darurat. Sejak blokade total diberlakukan bulan lalu, 25 pabrik roti yang didanai PBB tidak lagi beroperasi.
Baca Juga: MUI Pertanyakan Rencana Prabowo Evakuasi Warga Gaza, Jangan Terjebak Manuver Israel
Israel mengklaim telah mengirim cukup pasokan selama gencatan senjata enam pekan untuk mencukupi kebutuhan warga Gaza selama berbulan-bulan.
Namun, lembaga bantuan kemanusiaan memperingatkan bahwa warga Gaza kini berada di ambang kelaparan dan potensi wabah penyakit.
Jika vaksin polio tidak segera dikirim, "kami perkirakan akan terjadi bencana nyata. Anak-anak dan pasien tidak boleh dijadikan alat tawar-menawar politik," kata juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Khalil Deqran.
Ia menambahkan bahwa 60.000 anak kini menunjukkan gejala kekurangan gizi.
Baca Juga: Takut Ditangkap! Netanyahu Pilih Rute 400 KM Lebih Jauh untuk Menuju AS
Israel Bantah Langgar Hukum Internasional
Israel menyatakan blokade tersebut bertujuan menekan Hamas agar membebaskan 59 sandera yang masih ditahan pasca serangan 7 Oktober 2023.
Hamas menegaskan bahwa pembebasan hanya akan dilakukan sebagai bagian dari kesepakatan yang mencakup penghentian perang.
"Israel bertindak sepenuhnya sesuai hukum internasional," tulis Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, di platform X, menanggapi pernyataan Senator AS Bernie Sanders yang menyebut blokade tersebut sebagai kejahatan perang.
Katz menyebut bahwa kondisi kemanusiaan di Gaza terus dipantau dan bantuan dalam jumlah besar telah dikirim.
"Jika diperlukan tambahan bantuan, harus dipastikan tidak jatuh ke tangan Hamas, yang menyalahgunakan bantuan untuk mempertahankan kontrol atas warga sipil dan mendapatkan keuntungan," ujarnya.
Baca Juga: Israel Serang Gedung di Pinggiran Selatan Beirut
Sementara itu, Komisaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini menyebut blokade tersebut sebagai bentuk hukuman kolektif terhadap rakyat Gaza.
"Blokade harus dicabut, bantuan harus mengalir masuk, para sandera harus dibebaskan, dan gencatan senjata harus dilanjutkan," tulisnya di X.
Konflik ini dipicu oleh serangan Hamas ke wilayah selatan Israel pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.200 orang dan menyebabkan 251 sandera dibawa ke Gaza.
Sejak itu, menurut otoritas kesehatan lokal, lebih dari 51.000 warga Palestina telah tewas akibat serangan militer Israel.