Sumber: BBC | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Israel akan mendengarkan Amerika Serikat (A), tetapi keputusan akhir akan dibuat berdasarkan kepentingan nasional Israel, demikian disampaikan kantor Perdana Menteri Israel. Pernyataan ini muncul di tengah spekulasi mengenai bagaimana Israel akan merespons serangan rudal besar-besaran dari Iran.
Pernyataan singkat tersebut dikeluarkan sebagai tanggapan atas laporan Washington Post yang menyebutkan bahwa Benjamin Netanyahu mengatakan kepada AS bahwa dia bersedia menargetkan situs militer di Iran, bukan fasilitas nuklir atau minyak.
Laporan Washington Post, yang mengutip dua pejabat, mengatakan Netanyahu membuat pernyataan itu saat berbicara dengan Presiden AS Joe Biden pada hari Rabu lalu. Mereka membahas tanggapan Israel terhadap serangan tersebut.
Baca Juga: Netanyahu: Kami akan Terus Menyarang Hizbullah Tanpa Ampun
Pada 1 Oktober, Iran meluncurkan hampir 200 rudal balistik ke arah Israel, namun sebagian besar berhasil diintersep oleh militer Israel. Netanyahu menyebut serangan Iran sebagai "kesalahan besar" dan menegaskan bahwa Iran akan "membayarnya".
Dalam pernyataan yang dirilis bersamaan dengan artikel Washington Post, Israel menyatakan, "Kami mendengarkan pandangan pemerintah Amerika, tetapi keputusan akhir akan kami buat berdasarkan kebutuhan keamanan nasional Israel."
Menurut seorang pejabat anonim yang dikutip dalam laporan tersebut, serangan balasan Israel akan dirancang untuk menghindari kesan "campur tangan politik" menjelang pemilu presiden AS, yang akan berlangsung kurang dari sebulan lagi.
Analis mengatakan bahwa serangan terhadap fasilitas minyak Iran dapat memicu kenaikan harga minyak, yang bisa mempengaruhi pemilu. Saat ini, survei menunjukkan persaingan ketat antara Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump.
Baca Juga: Israel Mengepung Gaza Utara, Ada Kekhawatiran Pemindahan Paksa
Harga minyak mentah melonjak 5% pada awal bulan setelah Presiden Biden membahas kemungkinan serangan Israel terhadap infrastruktur minyak Iran.
AS tampaknya berupaya membatasi respons Israel terhadap Iran. Biden mengatakan AS tidak mendukung potensi serangan terhadap situs nuklir Iran, yang sempat diusulkan oleh beberapa pihak di Israel, termasuk mantan PM Naftali Bennett.
Pada 4 Oktober, Biden menyatakan bahwa AS juga menentang serangan Israel terhadap fasilitas minyak Iran. "Jika saya berada di posisi mereka, saya akan memikirkan alternatif lain selain menyerang ladang minyak Iran," kata Biden dalam sebuah konferensi pers.
Israel belum secara resmi mengungkapkan rencananya untuk merespons serangan rudal Iran pada bulan Oktober—serangan kedua dalam enam bulan terakhir—tetapi Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan minggu lalu bahwa respons Israel akan "mematikan, tepat, dan yang terpenting mengejutkan".
"Mereka tidak akan memahami apa yang terjadi dan bagaimana itu terjadi, tetapi mereka akan melihat hasilnya," kata Gallant.
Iran, di sisi lain, menyatakan tidak akan membiarkan serangan Israel tanpa balasan.
Sementara itu, AS telah menyatakan akan membantu memperkuat pertahanan udara Israel dengan mengerahkan sistem pertahanan rudal anti-balistik beraltitude tinggi (THAAD).
Baca Juga: Amerika Kerahkan Tentara dan Sistem Pertahanan Udara Canggih THAAD ke Israel
Pentagon mengatakan bahwa pengerahan THAAD menunjukkan komitmen "kokoh" AS untuk pertahanan Israel, serta untuk melindungi warga Amerika di Israel dari serangan rudal balistik lebih lanjut oleh Iran.
Iran mengklaim bahwa serangan rudal pada bulan Oktober merupakan tanggapan atas pembunuhan pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah, seorang perwira senior Korps Pengawal Revolusi Iran (IRGC) di Beirut, dan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran oleh Israel.
Dalam beberapa minggu terakhir, Israel secara dramatis meningkatkan serangannya terhadap Hezbollah yang didukung Iran, dengan melancarkan serangan udara mematikan, terutama di Lebanon selatan dan timur, serta di ibu kota, Beirut.
Baca Juga: Serangan Israel ke UNIFIL Indikasi Kejahatan Perang, 40 Negara Menuntut Investigasi
Sebelumnya, Israel dan Hezbollah telah saling melancarkan serangan lintas perbatasan hampir setiap hari sejak Oktober tahun lalu, ketika Hezbollah mulai menembaki Israel sebagai bentuk dukungan terhadap warga Palestina di Gaza. Mereka mengatakan akan menghentikan serangan jika ada gencatan senjata di Gaza.