kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.555   -55,00   -0,33%
  • IDX 6.980   147,08   2,15%
  • KOMPAS100 1.012   25,10   2,54%
  • LQ45 787   21,71   2,84%
  • ISSI 220   2,17   0,99%
  • IDX30 409   11,84   2,98%
  • IDXHIDIV20 482   15,28   3,27%
  • IDX80 114   2,54   2,27%
  • IDXV30 116   2,05   1,79%
  • IDXQ30 133   4,16   3,22%

Jumlah Tes HIV Turun Drastis di Afrika Selatan Setelah Pemotongan Bantuan AS


Rabu, 14 Mei 2025 / 15:49 WIB
Jumlah Tes HIV Turun Drastis di Afrika Selatan Setelah Pemotongan Bantuan AS
ILUSTRASI. Afrika Selatan, negara dengan jumlah penderita HIV terbanyak di dunia menghadapi kemunduran serius dalam penanganan HIV. REUTERS/Rupak De Chowdhuri


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JOHANNESBURG. Afrika Selatan, negara dengan jumlah penderita HIV terbanyak di dunia—sekitar 8 juta orang atau satu dari lima orang dewasa—menghadapi kemunduran serius dalam penanganan HIV.

Penurunan drastis dalam pengujian dan pemantauan pasien HIV telah terjadi sejak Amerika Serikat memangkas bantuannya, yang sebelumnya mendanai tenaga kesehatan dan klinik HIV di berbagai wilayah. Dampaknya paling terasa di kalangan ibu hamil, bayi, dan remaja.

Dampak Pemangkasan Dana AS: Penurunan Pengujian Viral Load

Data yang belum dipublikasikan dari National Health Laboratory Service menunjukkan bahwa pengujian viral load—yang krusial untuk memantau efektivitas pengobatan antiretroviral—turun hingga 21 persen dalam dua bulan terakhir di kelompok-kelompok penting.

Empat pakar HIV menyatakan bahwa penurunan ini kemungkinan besar terkait langsung dengan hilangnya pendanaan dari Amerika Serikat.

Baca Juga: Trump Teken Perintah Eksekutif, Warga AS Tak Lagi Bayar Obat Termahal di Dunia!

Pengujian viral load dilakukan setidaknya sekali setahun untuk memastikan bahwa pengobatan HIV bekerja dan virus dalam tubuh ditekan hingga tingkat tidak menular. Tanpa pengujian ini, individu dengan risiko penularan tinggi tidak dapat diidentifikasi.

Selain itu, pasien yang absen dari pemeriksaan berpotensi mengalami putus pengobatan, yang dapat membahayakan nyawa mereka.

Kelompok Paling Rentan: Ibu Hamil, Bayi, dan Remaja

Penurunan pengujian sangat signifikan di kalangan ibu hamil dan bayi, yang membutuhkan diagnosis dan pengobatan dini untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak.

Data menunjukkan penurunan 21,3% dalam pengujian viral load maternal pada April, serta penurunan 19,9% dalam pengujian diagnosis dini bayi.

Presiden AS Donald Trump, melalui kebijakan “America First”, memangkas seluruh dana PEPFAR untuk Afrika Selatan sejak Februari. Bantuan PEPFAR sebelumnya mendanai gaji sekitar 15.000 tenaga kesehatan dan memberikan lebih dari US$400 juta per tahun.

Baca Juga: Soal Tawaran Jet Mewah Jumbo dari Qatar, Trump: Bodoh Jika Menolak Pesawat Gratis!

Dana ini mencakup konselor HIV, klinik yang dikelola LSM, dan tindak lanjut untuk pasien yang putus kontrol.

Kini, sebagian besar klinik LSM telah ditutup, dan pasien diminta beralih ke fasilitas kesehatan publik yang sering kali padat dan kurang ramah terhadap kelompok rentan seperti pekerja seks atau komunitas LGBTQ.

Penurunan Angka Pengujian dan Supresi Virus

Data menunjukkan bahwa jumlah tes viral load untuk remaja usia 15–24 tahun turun 17,2% pada April dibanding tahun sebelumnya. Di seluruh populasi, pengujian turun 11,4%. Persentase pasien yang berhasil menekan virus juga menurun 3,4% pada Maret dan 0,2% pada April—indikasi gangguan pada pengobatan.

Francois Venter, Direktur Eksekutif Ezintsha Research Centre di Johannesburg, menyebut data ini "mengejutkan" dan berdampak besar pada kesehatan ibu dan anak.

Epidemiolog dari Universitas Cape Town, Dvora Joseph Davey, menambahkan bahwa pemotongan dana berdampak nyata di klinik-klinik tempat ia bekerja, di mana kekurangan perawat menghambat pengambilan sampel darah untuk pengujian viral load.

Baca Juga: Trump Memulai Kunjungan Bersejarah ke Negara-Negara Teluk, Ini Misi Utamanya

Rantai Layanan HIV Terputus: Dari Konseling hingga Pencegahan

Selain pengujian, layanan diagnostik awal dan program pencegahan seperti PrEP (obat pencegah HIV) juga terganggu. Konselor yang sebelumnya memberikan edukasi, diagnosa cepat, dan pengobatan kini telah tiada. Akibatnya, ibu hamil tidak lagi secara rutin diberikan PrEP.

Di wilayah padat penduduk seperti Diepsloot, stigma dan kurangnya tenaga kesehatan menyebabkan banyak pasien enggan ke klinik. Tanpa petugas kesehatan yang melakukan penjangkauan aktif, banyak pasien putus pengobatan. "Kalau tidak ada yang mengecek, mereka bisa mati," kata aktivis HIV Sophy Moatshe.

Masa depan bantuan HIV dari AS masih belum jelas, karena kebijakan pemotongan anggaran luar negeri terus berlanjut. Pemangkasan juga berdampak pada riset ilmiah, termasuk uji coba vaksin HIV. Kementerian Kesehatan Afrika Selatan menyatakan sedang menjajaki kerja sama dengan donor lokal dan internasional, namun belum merinci lebih lanjut.

Selanjutnya: Kinerja Adaro Minerals (ADMR) Turun di Kuartal I,Simak Proyeksi & Rekomendasi Analis

Menarik Dibaca: Dividen Astra International (ASII) Rp 308 per saham, Potensi Yield Sekitar 6%



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×