Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Militan Houthi kini mulai mengawasi pergerakan kapal-kapal Amerika Serikat dan Inggris di sekitar Laut Merah.
Houthi telah menyampaikan larangan tersebut kepada industri pelayaran pada hari Kamis (22/2). Wilayah perairan yang diawasi Houthi adalah Laut Merah, Teluk Aden, dan Laut Arab.
Melansir Al Jazeera, aturan itu akan diterapkan pada kapal-kapal yang seluruhnya atau sebagian dimiliki oleh individu atau entitas Israel, AS, dan Inggris. Semua kapal yang berlayar di bawah bendera ketiga negara itu juga akan menjadi target hukuman.
Baca Juga: Iran Dikabarkan Menyuplai Rudal Balistik ke Rusia dalam Jumlah Besar
Houthi, yang didukung Iran, telah berulang kali melancarkan serangan terhadap kapal-kapal di wilayah tersebut sejak November 2023.
Houthi menegaskan bahwa aksi mereka merupakan balasan terhadap operasi militer Israel di Gaza yang hingga saat ini telah menewaskan hampir 30.000 orang Palestina.
Mereka juga berjanji akan terus melanjutkan operasi militernya di perairan kawasan itu sampai Israel menghentikan perang.
Baca Juga: Arab Saudi: Tak Akan Ada Hubungan dengan Israel Tanpa Pengakuan Negara Palestina
Menggunakan Senjata Kapal Selam
Pemimpin Houthi, Abdulmalik al-Houthi, pada hari Kamis mengatakan kelompoknya telah menggunakan senjata kapal selam dalam serangan terbaru mereka.
Abdulmalik juga percaya diri bahwa serangan kelompoknya sangat efektif dan menunjukkan peningkatan hasil.
"Operasi di Laut Merah dan Laut Arab, Selat Bab al-Mandab, dan Teluk Aden terus berlanjut, meningkat, dan efektif," katanya.
Komando Pusat militer AS (CENTCOM) mengatakan, mereka melakukan empat serangan pertahanan diri terhadap Houthi dan menghancurkan tujuh rudal jelajah antikapal, sebuah peluncur rudal balistik bergerak dan sebuah drone yang dikatakan berasal dari wilayah Yaman.
Baca Juga: Parlemen Israel Mendukung PM Netanyahu untuk Tidak Mengakui Negara Palestina
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Prancis juga mengatakan pihaknya menembak jatuh dua drone di Laut Merah.
Serangan Houthi telah secara efektif mengganggu perdagangan internasional. Kawasan tersebut menyumbang sekitar 15% lalu lintas pelayaran dunia.
Banyak perusahaan pelayaran yang akhirnya mengalihkan rute ke sekitar ujung selatan Afrika, sehingga menunda waktu pengiriman dan menambah jarak hingga 5.500-6.500 km. Jarak yang semakin jauh juga menyebabkan biaya pengiriman meningkat.