Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Militer AS ada hari Minggu (31/12) mengonfirmasi bahwa mereka telah menggagalkan serangan Houthi di Laut Merah. Hasilnya, tiga perahu berhasil ditenggelamkan, serta sepuluh militan Houthi dinyatakan tewas.
Insiden ini juga dibenarkan oleh perusahaan logistik Maersk yang kapalnya menjadi target Houthi. Pejabat Houthi juga membenarkan insiden itu pada hari Minggu.
Komando Pusat AS (CENTCOM) menjelaskan bahwa pertempuran kecil di Laut Merah itu terjadi sekitar pukul 03.30 Minggu pagi. Para pembajak berusaha menaiki kapal Maersk Hangzhou yang berbendera Singapura.
Baca Juga: Militer AS Cegat Serangan Rudal dan Drone Houthi di Laut Merah
Helikopter dari kapal USS Eisenhower dan USS Gravely bergabung dengan tim keamanan kapal dalam memukul mundur para penyerang setelah menerima panggilan darurat.
Pasca insiden itu, Maersk mengatakan pihaknya menghentikan semua pelayaran melalui Laut Merah selama 48 jam setelah serangan.
Serangan kali ini merupakan yang kedua kalinya terhadap kapal milik Maersk Hangzhou. Mengutip Reuters, kapal itu membawa 14.000 kontainer dalam perjalanan dari Singapura, sebelum akhirnya terkena rudal sekitar 55 mil laut barat daya Al Hodeidah, Yaman.
Dari kubu Houthi, juru bicara mengatakan bahwa mereka melakukan serangan karena awak kapal menolak mengindahkan seruan peringatan. Mereka juga mengonfirmasi 10 personel angkatan laut Houthi tewas dan hilang setelah kapal mereka diserang oleh pasukan AS di Laut Merah.
Baca Juga: Dipimpin AS, Lebih Dari 20 Negara Bergabung dalam Koalisi Pelindung Laut Merah
Kelompok Houthi Yaman menargetkan kapal-kapal yang berhubungan dengan Israel di Laut Merah sejak November 2023 demi menunjukkan dukungan mereka terhadap Hamas. Aksi tersebut membuat perusahaan pelayaran besar mengambil rute yang lebih panjang dan mahal di sekitar Tanjung Harapan di Afrika daripada melalui Terusan Suez.
Laut Merah adalah pintu masuk kapal-kapal yang menggunakan Terusan Suez dan menjadi tempat terjadinya sekitar 12% perdagangan global. Jalur ini sangat penting untuk pergerakan barang antara Asia dan Eropa.
Dalam rangka mengatasi ancaman tersebut, AS pada 19 Desember 2023 lalu meluncurkan program kolektif bernama Operation Prosperity Guardian. Dikatakan bahwa ada lebih dari 20 negara telah setuju untuk berpartisipasi dalam upaya pengamanan kapal di perairan Laut Merah.