Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Calon presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan pada Selasa bahwa ia akan melakukan "wawancara besar" (a major interview) dengan Elon Musk pada Senin malam, 12 Agustus 2024 mendatang.
Pengumuman ini disampaikan melalui sebuah posting di media sosial, meskipun Trump tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Melansir Breakingnews,ie, pada Rabu (7/8), Elon Musk, CEO Tesla yang juga orang terkaya di dunia, secara terbuka mendukung Trump dalam pemilihan presiden AS. Musk, yang lahir di Afrika Selatan, telah bergeser ke politik sayap kanan dalam beberapa tahun terakhir dan telah menyumbang kepada kelompok politik yang bekerja untuk memilih Trump.
Baca Juga: Biden Tidak Yakin akan Terjadi Peralihan Kekuasaan Secara Damai Jika Trump Menang
Dukungan Musk berpotensi menguntungkan Trump, mengingat Musk memiliki pengikut sebanyak 189,5 juta di X (sebelumnya dikenal sebagai Twitter), yang memungkinkan postingannya menyebar dengan cepat.
Meskipun sebelumnya Musk pernah memilih kandidat presiden dari Partai Demokrat seperti Hillary Clinton dan Joe Biden, dalam beberapa tahun terakhir ia lebih condong ke pandangan sayap kanan.
Musk menjadi kritikus tajam terhadap inisiatif keberagaman, kebijakan imigrasi Presiden Joe Biden, dan menyatakan bahwa Partai Demokrat bersikap dingin terhadap Tesla dan perusahaan roketnya, SpaceX.
Baca Juga: Kamala Harris Pilih Gubernur Minnesota Tim Walz Sebagai Wakilnya pada Pemilu AS 2024
Pada bulan Maret lalu, Trump dikabarkan bertemu dengan Musk dan sejumlah donor kaya. Menanggapi laporan tersebut, Musk memposting di X: "Untuk lebih jelasnya, saya tidak menyumbang uang kepada kandidat manapun untuk Presiden AS."
Pada bulan Mei, ia juga membantah laporan media bahwa ada pembicaraan mengenai potensi peran penasihat untuknya dalam kepresidenan Trump.
Pada Juli 2022, Musk menyatakan bahwa Trump "terlalu tua" untuk menjadi presiden AS dan bahwa Trump sebaiknya "beristirahat." Musk juga menyatakan condong mendukung Gubernur Florida, Ron DeSantis, untuk presiden pada 2024. Trump membalas dengan menyebut Musk sebagai "penipu."
Kemudian, pada akhir 2022, Twitter mencabut larangannya terhadap Trump setelah Musk menyelesaikan pembelian platform media sosial tersebut senilai US$ 44 miliar, yang kemudian diubah namanya menjadi X.
Bulan lalu, Trump mengatakan bahwa ia adalah "penggemar Elon," dan menambahkan bahwa "ia melakukan pekerjaan yang luar biasa dengan Tesla."
Baca Juga: Hakim AS Menyatakan Google Melanggar Hukum Antimonopoli
Musk juga menyebut dalam rapat pemegang saham Tesla bahwa mereka berdua "pernah berbicara beberapa kali." Trump adalah penggemar berat truk pickup listrik Tesla, kata Musk.
Trump kembali menegaskan janjinya untuk segera membatalkan "mandat" pemerintahan Biden untuk mendukung industri kendaraan listrik.
Dukungan Musk terhadap Partai Republik dan komentarnya yang kontroversial, termasuk antisemitisme, telah membuat beberapa pelanggan Tesla merasa terasing, yang berdampak pada reputasi dan penjualan produsen mobil tersebut.