kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Korea Utara: Menerima Bantuan Asing Sama Seperti Memakan Permen Beracun


Rabu, 22 Februari 2023 / 15:11 WIB
Korea Utara: Menerima Bantuan Asing Sama Seperti Memakan Permen Beracun
ILUSTRASI. Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.


Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - PYONGYANG. Meski telah diketahui secara luas sedang mengalami krisis pangan, namun Korea Utara bertekad untuk tetap menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bergantung pada bantuan asing. 

Surat kabar resmi Partai Buruh Korea Utara, Rodong Sinmun, pada hari Rabu (22/2) menyuarakan agar negara tidak boleh dengan mudah menerima bantuan ekonomi dari negara imperialis.

Menurut Pyongyang, bantuan asing merupakan bentuk perangkap untuk menjarah dan menaklukkan negara penerimanya. Mereka percaya, setiap bantuan merupakan jalan untuk mengganggu politik internal negara penerima.

"Salah jika mencoba meningkatkan ekonomi dengan menerima dan memakan permen beracun ini," tulis surat kabar itu, seperti dikutip Reuters.

Baca Juga: Mengintip Kemampuan Hwasong-15, ICBM Korea Utara yang Meluncur pada Uji Coba Terbaru

Publikasi itu muncul setelah kantor berita Korea Selatan, Yonhap, pada hari Rabu melaporkan ada sekitar 700 narapidana di tiga penjara pedesaan Korea Utara meninggal karena kelaparan dan penyakit selama dua tahun terakhir.

Kementerian Unifikasi Seoul menolak berkomentar tentang laporan Yonhap yang muncul tanpa sumber yang jelas. Namun, kementerian yang menangani urusan antar-Korea itu pada hari Selasa (21/2) menduga baru-baru ini telah terjadi peningkatan kematian akibat kelaparan di beberapa provinsi Korea Utara.

"Produksi pangan turun dari tahun lalu, dan ada kemungkinan masalah distribusi karena perubahan kebijakan pasokan dan distribusi pangan mereka," ungkap kementerian.

Baca Juga: AS Mendesak Dewan Keamanan PBB Memberi Sanksi Lebih Berat Kepada Korea Utara

Menteri Unifikasi, Kwon Young-se, mengatakan Pyongyang telah meminta Program Pangan Dunia (WFP) untuk memberikan dukungan, tetapi belum ada kemajuan karena perbedaan mengenai masalah pemantauan.

Korea Utara telah menderita kekurangan pangan dalam beberapa tahun terakhir karena adanya bencana banjir dan topan, sanksi internasional terkait program nuklir, hingga terhambatnya aktivitas perdagangan dengan China selama Covid-19.

Badan pembangunan pedesaan Korea Selatan pada bulan Desember lalu memperkirakan bahwa produksi tanaman Korea Utara sekitar 4,5 juta ton di tahun 2022, turun 3,8% dari tahun 2021.

Mayoritas badan PBB dan kelompok bantuan dari Barat juga mulai angkat kaki dari Pyongyang. Untuk saat ini China masih  menjadi salah satu dari sedikit sumber bantuan pangan eksternal yang dipercaya Korea Utara.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×