Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SATELIT MATA-MATA KOREA UTARA - Korea Utara meluncurkan sebuah roket pukul 03.50 pada Kamis (24/8/2023) ke arah selatan, namun gagal beberapa menit setelah diluncurkan. Hal itu diungkapkan oleh Kepala Staf Gabungan Korea Selatan.
Melansir Bloomberg, menurut juru bicara pemerintah Jepang Hirokazu Matsuno, sebagian dari roket tersebut tampaknya jatuh sekitar 600 kilometer (375 mil) sebelah timur Filipina.
Menurut tweet dari kantor perdana menteri Jepang, penduduk di prefektur Okinawa, Jepang selatan, diperingatkan untuk berlindung, meskipun peringatan itu kemudian dicabut.
Media pemerintah Pyongyang mengeluarkan berita singkat yang mengatakan penerbangan roket tahap pertama dan kedua berjalan normal, namun peluncuran tersebut gagal karena kesalahan dalam sistem peledakan darurat selama penerbangan tahap ketiga.
Laporan dari Kantor Berita Pusat Korea juga mengatakan badan antariksa negara tersebut merencanakan upaya peluncuran satelit ketiga pada bulan Oktober dan akan mencari tahu alasan kegagalan tersebut.
Namun kegagalan dua kali berturut-turut dalam menempatkan satelit ke orbit dapat mengindikasikan kekurangan pada roket luar angkasanya yang mungkin membutuhkan lebih banyak waktu untuk memperbaikinya.
Baca Juga: Korea Utara Luncurkan Roket Luar Angkasa, Menuai Protes Keras dari Jepang
Peluncuran terbaru ini bertepatan dengan latihan militer gabungan antara Korea Selatan dan Amerika Serikat yang berlangsung hingga akhir bulan ini. Hal tersebut mendorong Pyongyang pada minggu ini mengeluarkan ancaman untuk membalas latihan yang dianggap sebagai awal invasi.
“Dalam jangka pendek, Kim mungkin memandang kegagalan kedua ini sebagai sebuah hal yang memalukan, namun dalam jangka panjang dan dalam gambaran yang lebih besar, negaranya mengalami kemajuan yang stabil dalam teknologi pengembangan nuklir dan rudalnya,” kata Soo Kim, mantan Analis Korea di Badan Intelijen Pusat yang sekarang bekerja di perusahaan konsultan manajemen LMI yang berbasis di AS.
Kim Jong Un mengatakan dia ingin menempatkan satelit mata-mata ke orbit untuk mengawasi pasukan AS yang ditempatkan di wilayah tersebut. Meskipun para pejabat di Seoul percaya bahwa satelit semacam itu masih belum sempurna, satelit tersebut dapat membantu Pyongyang menyempurnakan daftar sasarannya seiring dengan peluncuran rudal baru yang dirancang untuk melancarkan serangan nuklir di Korea Selatan dan Jepang, yang menampung sebagian besar personel militer Amerika di wilayah tersebut.
Baca Juga: Kim Jong Un Marahi Para Pejabatnya Karena Gagal Mencegah Banjir
Korea Selatan dan Jepang memprotes peluncuran terbaru tersebut dan Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan berkumpul di Seoul untuk membahas masalah tersebut.
Kedua negara awal pekan ini meminta Korea Utara untuk menghentikan rencana peluncurannya, dengan mengatakan bahwa tindakan tersebut akan melanggar resolusi PBB.
Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan mengecam tindakan Pyongyang, dan mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka menyesalkan fakta bahwa mereka terus menyalahkan pihak lain atas kegagalan perekonomian dan hancurnya kehidupan sipil, menyebabkan rakyatnya kelaparan dan mati, sementara menyia-nyiakan sumber daya yang terbatas untuk hal-hal yang tidak diinginkan serta provokasi yang sembrono.
Korea Utara mencoba untuk menempatkan satelit mata-mata ke orbit pada tanggal 31 Mei dalam peluncuran ruang angkasa pertamanya dalam waktu sekitar tujuh tahun terakhir. Namun roket tersebut gagal ketika mesin tahap kedua tidak menyala, sehingga membuatnya terjun ke Laut Kuning.
Korea Selatan mengirimkan misi penyelamatan untuk mengambil puing-puing di perairan internasional di Laut Kuning pada kedalaman sekitar 70 meter. Hal ini memberikan gambaran langsung mengenai kemampuan Pyongyang meskipun mereka menyimpulkan bahwa teknologi tersebut memiliki nilai militer yang kecil.
Mengutip AP, pada 31 Mei 2023, sebuah roket Korea Utara yang membawa satelit mata-mata jatuh ke laut segera setelah lepas landas. Hal ini dinilai merupakan kemunduran bagi upaya pemimpin Kim Jong Un untuk membangun sistem pengawasan berbasis ruang angkasa guna memantau AS dan Korea Selatan dengan lebih baik. Korea Utara sejak itu berjanji untuk melakukan upaya kedua.
Setelah upaya peluncuran pertama, Korea Utara dengan cepat mengakui kegagalannya, dengan mengatakan bahwa roket Cholllima-1 yang baru dikembangkannya kehilangan daya dorong di antara tahap peluncuran dan jatuh ke laut.
Pimpinan partai yang berkuasa di Korea Utara menggambarkan kegagalan peluncuran tersebut sebagai kemunduran serius dalam upaya negara tersebut untuk meningkatkan kemampuan militernya di tengah ketegangan dengan saingannya.
Baca Juga: Kim Jong Un Pantau Langsung Uji Coba Rudal Jelajah dari Atas Kapal Militer
Militer Korea Selatan menemukan beberapa puing setelah peluncuran yang gagal dan mengatakan pada awal Juli bahwa satelit Korea Utara tidak cukup canggih untuk melakukan pengintaian militer.
Badan mata-mata Korea Selatan mengatakan kepada anggota parlemen pekan lalu bahwa mereka melihat tanda-tanda bahwa Korea Utara sedang mempersiapkan uji coba rudal balistik antarbenua dan senjata provokatif lainnya. Pada hari Senin, KCNA mengatakan Kim telah mengamati uji penembakan rudal jelajah strategis.
Sejak awal tahun 2022, Korea Utara telah melakukan uji coba penembakan sekitar 100 rudal dalam serangkaian demonstrasi militer yang berlangsung sengit. Seiring dengan aktivitas pengujian Korea Utara, latihan militer gabungan Amerika Serikat dan Korea Selatan baru-baru ini semakin intensif dalam siklus saling balas.
Korea Utara mengatakan uji coba senjatanya adalah bagian dari upaya untuk meningkatkan pencegahan nuklirnya guna melawan meningkatnya ancaman militer pimpinan AS. Namun banyak ahli mengatakan Korea Utara bertujuan untuk memodernisasi persenjataannya guna meningkatkan pengaruhnya dalam merebut konsesi yang lebih besar dari AS.