Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - VATIKAN. Presiden, keluarga kerajaan, dan masyarakat dari berbagai kalangan mengucapkan selamat jalan kepada Paus Fransiskus dalam upacara pemakaman khidmat di Lapangan Santo Petrus, Sabtu 26 April 2025.
Dalam misa tersebut, Kardinal Giovanni Battista Re mengimbau agar warisan Paus Fransiskus dalam membela migran, kaum tertindas, dan lingkungan hidup tetap dilestarikan.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang kerap berselisih dengan Paus terkait berbagai isu, hadir bersama para pejabat asing di satu sisi peti jenazah.
Di sisi lain, para kardinal yang bulan depan akan memilih pengganti Fransiskus berkumpul, mempersiapkan konklaf yang akan menentukan arah Gereja, apakah melanjutkan semangat keterbukaan Fransiskus atau beralih ke garis konservatif.
Baca Juga: Paus Fransiskus Sentuh Hati Migran: Kita Semua Adalah Orang yang Sama
Paus Fransiskus, yang berasal dari Argentina dan memimpin selama 12 tahun, wafat pada usia 88 tahun akibat stroke.
"Paus Fransiskus, yang penuh kehangatan manusiawi dan peka terhadap tantangan zaman, benar-benar turut merasakan kecemasan, penderitaan, dan harapan dunia ini," ujar Kardinal Re.
Ia menegaskan, dalam bahasa spiritual, bahwa tidak ada jalan untuk kembali; Fransiskus telah membaca tanda-tanda zaman dan mengikuti bisikan Roh Kudus dalam membimbing Gereja.
Sepanjang masa kepausannya, Fransiskus terus menyerukan diakhirinya berbagai konflik. Dalam kesempatan ini, Presiden Trump bahkan bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy di dalam Basilika Santo Petrus, di tengah usahanya mendorong penyelesaian perang Rusia-Ukraina.
Tepuk tangan bergema saat peti jenazah Fransiskus, dihiasi salib besar, dibawa ke luar basilika menuju alun-alun yang dipenuhi cahaya matahari oleh 14 pengusung jenazah bersarung tangan putih.
Vatikan memperkirakan lebih dari 250.000 orang menghadiri upacara ini, memenuhi Lapangan Santo Petrus dan jalan-jalan di sekitarnya. Kerumunan kembali bertepuk tangan saat misa berakhir dan peti jenazah diangkat tinggi untuk memberi kesempatan lebih banyak orang menyaksikan.
Baca Juga: Zelensky dan Trump Bertemu di Basilika Santo Petrus Jelang Pemakaman Paus Fransiskus
Dari udara, tampak warna-warna mencolok: hitam dari pakaian para pemimpin dunia, merah dari jubah sekitar 250 kardinal, ungu dari 400 uskup, dan putih dari 4.000 imam yang hadir.
Usai pemakaman, lonceng besar Santo Petrus dibunyikan. Peti jenazah Fransiskus lalu dibawa dengan mobil paus beratap terbuka ke Basilika Santa Maria Maggiore, memenuhi keinginannya untuk dimakamkan di sana, menjadi paus pertama dalam lebih dari satu abad yang tidak dimakamkan di dalam Vatikan.
Pemakaman berlangsung secara tertutup.
Mobil jenazah meninggalkan Vatikan melalui Gerbang Perugino, dekat wisma tamu Santa Marta, tempat Fransiskus memilih tinggal alih-alih menempati apartemen resmi di istana kepausan.
Baca Juga: Jaga Kesakralan, Vatikan Larang Pelayat Selfie di Peti Jenazah Paus
Sepanjang rute sepanjang 5,5 kilometer menuju Santa Maria Maggiore, sekitar 150.000 orang berbaris.
Banyak yang melambaikan tangan, melempar bunga, dan meneriakkan "Viva il Papa" (Hidup Paus) serta "Ciao, Francesco" (Selamat tinggal, Fransiskus), saat prosesi melewati monumen-monumen kuno Roma, termasuk Colosseum.
Pertemuan Trump dan Zelenskiy
Pertemuan Trump dan Zelenskiy di pemakaman menjadi momen penting. Berbeda dari pertemuan terakhir mereka di Gedung Putih yang diwarnai ketegangan, kali ini suasananya jauh lebih hangat. Dalam foto yang dirilis kantor Zelenskiy, keduanya tampak berbicara akrab di dalam basilika.
Pejabat Gedung Putih menyebut pertemuan itu sebagai "diskusi yang sangat produktif," sementara Zelenskiy menggambarkannya sebagai "pertemuan yang baik."
Selain Trump, pemakaman juga dihadiri presiden Argentina, Prancis, Gabon, Jerman, Filipina, dan Polandia, serta perdana menteri Inggris dan Selandia Baru. Raja dan ratu Spanyol turut hadir, mewakili kalangan kerajaan.
Selama tiga hari sebelumnya, sekitar 250.000 peziarah telah melewati peti jenazah terbuka Fransiskus di depan altar utama Basilika Santo Petrus.
Baca Juga: Misa Pemakaman Paus Fransiskus Digelar di Lapangan Santo Petrus, 220 Kardinal Hadir
Paduan suara menyanyikan himne Latin dan doa dipanjatkan dalam berbagai bahasa, termasuk Italia, Spanyol, Mandarin, Portugis, dan Arab, mencerminkan jangkauan global Gereja Katolik yang beranggotakan 1,4 miliar umat.
Banyak peziarah bahkan bermalam di sekitar Vatikan untuk mendapatkan tempat terbaik.
"Saat tiba di alun-alun, air mata mengalir, perpaduan antara kesedihan dan kegembiraan atas semua yang telah Paus Fransiskus lakukan bagi Gereja," kata Aurelie Andre, seorang peziarah asal Prancis.
Selamat Jalan, 'Franciscus'
Fransiskus, paus non-Eropa pertama dalam hampir 13 abad, dikenal gigih membela kaum miskin dan terpinggirkan. Ia juga kerap menantang negara-negara kaya untuk membantu para migran dan menghadapi perubahan iklim.
Ringkasan resmi kepausannya, ditulis dalam bahasa Latin dan ditempatkan di samping jenazahnya, menyebutkan bahwa ia meninggalkan kesaksian luar biasa tentang kemanusiaan dan kehidupan suci.
Upayanya untuk mereformasi Gereja dan menyerukan transparansi kerap menuai perlawanan dari kalangan tradisionalis. Namun, Fransiskus tetap konsisten pada prinsip kesederhanaan hingga akhir hayatnya.
Baca Juga: Peti Jenazah Paus Fransiskus akan Disegel Malam Ini Melalui Ritual Liturgi
Ia menulis ulang prosesi pemakaman, menyingkat banyak ritual panjang, dan memilih dimakamkan hanya dalam satu peti kayu berlapis seng, bukan tiga lapis peti seperti tradisi sebelumnya.
Di makamnya, hanya tertulis "Franciscus" dalam bahasa Latin, dihiasi salib besi sederhana yang biasa ia kenakan.
Kini perhatian dunia Katolik beralih ke pemilihan paus baru.
Konklaf rahasia dijadwalkan paling cepat mulai 6 Mei 2025, memberi waktu bagi para kardinal untuk berkonsultasi dan mengevaluasi kondisi Gereja yang saat ini menghadapi tantangan besar, baik secara finansial maupun ideologis.