kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Kremlin Bantah Proses Perdamaian Ukraina Mandek Meski AS Kirim Senjata Lagi


Kamis, 10 Juli 2025 / 17:33 WIB
Kremlin Bantah Proses Perdamaian Ukraina Mandek Meski AS Kirim Senjata Lagi
Presiden Rusia Vladimir Putin, menawarkan perundingan damai antara Rusia dan Ukraina.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - MOSKOW. Pemerintah Rusia membantah bahwa proses perdamaian Ukraina mengalami kebuntuan, meskipun ada pernyataan keras dari Presiden AS Donald Trump terhadap Presiden Vladimir Putin dan dimulainya kembali pengiriman senjata dari AS ke Ukraina.

Dalam konferensi pers, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menanggapi pertanyaan mengenai dampak pernyataan Trump dan bantuan militer AS terhadap jalannya perundingan. 

Ia menegaskan bahwa Rusia tidak menganggap proses perdamaian telah terhenti. "Tidak, saya rasa tidak. Anda tidak bisa mengatakan itu," ujar Peskov.

Rusia, menurut Peskov, masih menunggu sinyal dari pihak Ukraina terkait kemungkinan mengikuti putaran ketiga perundingan, yang sebelumnya dimulai pada Mei di Istanbul. 

Baca Juga: Trump Sebut Rusia dan Ukraina Segera Memulai Perundingan Gencatan Senjata

Ia juga menegaskan bahwa Rusia tetap membuka peluang penyelesaian melalui jalur diplomatik. 

"Kami telah berulang kali mengatakan bahwa akan lebih baik bagi kami untuk mencapai tujuan kami melalui cara-cara politik dan diplomatik yang damai. Namun selama itu belum terjadi, operasi militer khusus akan terus berlanjut dan situasi di lapangan akan terus berubah setiap hari," jelasnya.

Sebelumnya, Trump menyatakan kekecewaannya terhadap Putin dan menudingnya mengucapkan "banyak omong kosong". 

Di saat yang sama, dua pejabat AS mengonfirmasi bahwa Washington kembali mengirimkan peluru artileri dan sistem roket artileri bergerak ke Ukraina.

Perang di Ukraina sendiri telah berlangsung sejak Februari 2022, ketika Putin memerintahkan invasi besar-besaran, menyusul delapan tahun konflik di wilayah timur Ukraina antara pasukan pemerintah dan separatis pro-Rusia. 

Baca Juga: Bantah Ukraina Soal China, Kremlin: Zelensky Salah Besar

AS menyebut lebih dari 1,2 juta orang telah menjadi korban tewas atau terluka akibat perang tersebut.

Trump, yang berambisi dikenang sebagai pembawa perdamaian, berulang kali menyerukan diakhirinya pertumpahan darah di Ukraina, yang ia sebut sebagai perang proksi antara AS dan Rusia. 

Namun, Putin tetap pada syarat-syaratnya untuk mengakhiri konflik, yakni penarikan pasukan Ukraina dari empat wilayah yang diklaim Rusia serta pembatalan resmi ambisi Ukraina untuk bergabung dengan NATO, syarat yang ia tegaskan kembali pada Juni 2024, meskipun mendapat tekanan dari negara-negara Barat dan seruan publik dari Trump.




TERBARU

[X]
×