Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Pemerintah Amerika Serikat, di bawah pemerintahan Donald Trump, tiba-tiba mencabut sertifikasi program mahasiswa dan pertukaran internasional di Universitas Harvard. Dampaknya, ribuan mahasiswa asing kelimpungan. Pasalnya, banyak mahasiswa internasional yang sedang menempuh pendidikan di Harvard terancam harus pindah ke universitas lain, padahal sebagian dari mereka hampir menyelesaikan studi di universitas bergengsi di Amerika Serikat tersebut.
Marie Chantel Montas, mahasiswa Universitas Harvard asal Republik Dominika, menangis setelah mendengar Donald Trump memblokir mahasiswa internasional. Aturan itu mengharuskan dia dan mahasiswa asing di Harvard saat ini harus pindah.
Baca Juga: Harvard University Gugat Pemerintahan Trump, Buntut Pencabutan Izin Mahasiswa Asing
Padahal, Montas, yang kini menjalani tahun ketiga kuliahnya di universitas Ivy League tersebut, dua tahun lagi memperoleh gelar doktor ilmu kesehatan populasi. "Program saya sangat spesifik. Saya tidak tahu apakah saya dapat menemukan universitas lain yang mau menerima saya," kata dia, seperti dikutip Bloomberg.
Keputusan AS mencabut sertifikasi program mahasiswa dan pertukaran Harvard pada Kamis (22/5) membuat ribuan mahasiswa internasional dalam ketidakpastian. Perpindahan tanpa persiapan akan membuat kendala adaptasi dan rencana kuliah mahasiswa.
Berita ini memicu kecemasan hingga kemarahan saat berita di kampus Harvard di Cambridge, Massachusetts, dan sekitarnya. Mahasiswa tingkat akhir Harvard Jada Pierre mencoba menghimpun mahasiswa lain untuk menentang pemindahan tersebut.
Fangzhou Jiang, mahasiswa China pun mengaku kebingungan karena harus mengatur lagi tempat tinggalnya bersama istri untuk tahun ajaran berikutnya. Padahal masuk Harvard adalah puncak kerja keras bertahun-tahun.
Maklum, Harvard adalah perguruan tinggi AS paling bergengsi. "Menurut saya akan ada banyak mahasiswa tidak akan menyerah begitu saja dan pindah," kata Jamie Beaton, yang mendirikan perusahaan konsultan perguruan tinggi Crimson Education bersama Jiang. Hampir 6.800 mahasiswa di Harvard, 27% berasal dari negara lain. Jumlah ini naik dari tahun 2006 sebesar 19,6%.
Baca Juga: Trump Cabut Izin Harvard Terima Mahasiswa Asing, Ancam Tindakan Serupa ke Kampus Lain
Shreya Reddy dari India, yang hampir menyelesaikan gelar MBA eksekutifnya di Harvard Business School, harusnya akan kembali ke kampus pada Juli. Wanita berusia 33 tahun ini telah menghabiskan US$ 86.000 untuk studi MBA-nya. Sekarang, manajer program Visa Inc ini khawatir tidak lulus dan gagal memiliki akses ke alumni dan jaringan luas yang disediakan oleh ijazah Harvard.
Pemerintah AS telah membekukan dana US$ 2,6 miliar bagi Harvard dan menghentikan hibah di masa mendatang. Ini karena Harvard menolak tuntutan pemerintah dan menggugat beberapa lembaga AS karena memblokir dana federal. Sementara Harvard menyebut tindakan melarang mahasiswa internasional berkuliah melanggar hukum.
Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Kristi Noem dalam surat ke Harvard mengatakan, Harvard dapat memperoleh lagi sertifikasi menerima mahasiswa asing sebelum tahun ajaran mendatang jika universitas memberi catatan disiplin, rekaman video aktivitas protes dan aktivitas ilegal mahasiswa lima tahun terakhir. Ia memberi tenggat waktu 72 jam