kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.172   20,00   0,12%
  • IDX 7.071   87,46   1,25%
  • KOMPAS100 1.057   17,05   1,64%
  • LQ45 831   14,47   1,77%
  • ISSI 214   1,62   0,76%
  • IDX30 424   7,96   1,91%
  • IDXHIDIV20 511   8,82   1,76%
  • IDX80 121   1,93   1,63%
  • IDXV30 125   0,91   0,73%
  • IDXQ30 141   2,27   1,63%

Mahathir Mohamad - Lee Hsien Loong sepakat akhiri pertikaian ruang udara dan maritim


Selasa, 09 April 2019 / 15:17 WIB
Mahathir Mohamad - Lee Hsien Loong sepakat akhiri pertikaian ruang udara dan maritim


Sumber: South China Morning Post | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Pemerintah Malaysia dan Singapura sepakat untuk membuat catatan perdamaian untuk mengakhiri perselisihan kedua negara yang telah menjerumuskan hubungan ke titik terendah mereka dalam beberapa dekade.

Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad akan menjadi tuan rumah pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong sejak ia kembali berkuasa dalam pemilihan Mei lalu. Retret diadakan setiap tahun sebagai sarana bagi kedua perdana menteri untuk berbicara secara terbuka tentang masalah yang dihadapi.

Dilansir dari Sounth China Morning Post, awalnya pembicaraan dijadwalkan pada November lalu, tetapi ditunda di tengah meningkatnya ketegangan. Mahathir sendiri dipandang oleh banyak orang di Singapura sebagai pendorong pendekatan hawkish di Malaysia.

Beberapa minggu setelah penundaan, para pejabat di kedua belah pihak mengejutkan para pengamat dengan berdebat di depan umum tentang batas-batas laut dan pengelolaan ruang udara.

Sejumlah pengamat kemudian menyarankan pemulihan hubungan yang baru-baru ini dimungkinkan karena kedua belah pihak telah berkomitmen untuk melakukan pembicaraan.

Dalam konferensi pers pada hari Senin, menteri transportasi kedua negara yakni Khaw Boon Wan dari Singapura dan Anthony Loke dari Malaysia mengatakan pembicaraan kedua pihak telah menghasilkan hasil yang adil dan saling menguntungkan di antara kedua negara.

Dalam sengketa wilayah udara, Singapura sepakat untuk menarik Sistem Pendaratan Instrumen yang kontroversial yang digunakan di bandara Seletar. Malaysia telah mempermasalahkan sistem tersebut karena membutuhkan pesawat terbang untuk melakukan pendekatan atas daerah-daerah di negara bagian selatan Johor.

Sebagai gantinya, kedua negara sedang mengeksplorasi penggunaan sistem GPS untuk membantu pesawat mendarat. Kedua belah pihak juga dalam pembicaraan untuk menyerahkan kendali ruang udara Malaysia yang dikelola di bawah perjanjian 1974.

Adapun dalam sengketa maritim, kedua negara telah menangguhkan klaim untuk perairan lepas pantai di barat daya Singapura yang direklamasi.

“Kami selalu mengambil pendekatan bahwa kesuksesan Anda akan memiliki manfaat tambahan bagi kami seperti jika kami gagal dalam hal ekonomi atau sebagai negara, saya yakin itu akan memiliki dampak negatif ke sisi lain,” kata Khaw.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×