Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi
Lihat saja, untuk kuartal ke-4 2018 lalu, Coca Cola hanya membukukan keuntungan US$ 7,06 miliar untuk Kuartal 4 2018. Ini terbilang kecil dibandingkan dengan saudaranya yang lain di Berkshire Hathaway. Apple membukukan US$ 84,31 miliar, Wells Fargo US$ 28,46 miliar, Bank of America US$ 22,74 miliar.
Pasar Coca Cola trennya menurun. Penurunan itu bisa jadi karena maraknya kampanye antiminuman bersoda. Apalagi Coca cola acap menjadi bulan-bulanan. Seperti para pejuang anti-tembakau, para pejuang gula memiliki beberapa kesuksesan mengenakan pajak soda dan mendapatkan batasan ukuran soda.
Ancaman yang lebih besar, bagi Coke, adalah tekanan dari pedagang besar yang mulai memberi label sendiri pada makanan dan minuman yang dijualnya. Itu seperti yang dilakukan Walmart (NYSE: WMT) dan Kroger (NYSE: KR).
Baca Juga: Kebiasaan di masa kecil yang membuat Warren Buffet menjadi miliarder
Untungnya, Coke memiliki pasar lain seperti toko serba-ada, makanan cepat saji, mesin penjual otomatis, dan negara berkembang yang dapat memanfaatkannya. Namun, Stockrow melaporkan pertumbuhan pendapatan Coca-Cola menyusut setidaknya selama sembilan kuartal berturut-turut. Misalnya, pertumbuhan pendapatan Coke turun 6,85% di Kuartal 4 2018.
Ancaman juga datang dari Amazon. Membuka toko serba-ada otomatis, Amazon membuat merek Amazon Cola. Ada kemungkinan Amazon Cola dapat segera menjadi salah satu pesaing terbesar Coca-Cola di Amerika Utara.
Karena itu, menurut penulis pasar modal Daniel G. Jennings di Medium.com, Berkshire Hathaway akan menjual Coke cepat atau lambat.♦
Sumber: Investopedia