kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,24   -23,49   -2.53%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Masker jadi barang langka di Tiongkok, warga China hunting dan borong dari Indonesia


Senin, 17 Februari 2020 / 08:48 WIB
Masker jadi barang langka di Tiongkok, warga China hunting dan borong dari Indonesia
ILUSTRASI. Pedagang merapikan masker di Pasar Pramuka, Jakarta, Selasa (4/2/2020). . ANTARA FOTO/Galih Pradipta/hp.


Sumber: South China Morning Post,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Sejak awal Februari, Kent Cai Mingdong, seorang warga yang berasal dari kota Ningbo di China timur, telah berada di Indonesia menjelajahi apotek lokal untuk membeli masker sebanyak mungkin yang dapat dibelinya.

Masker itu akan dia kirim ke pekerja medis profesional perawatan kesehatan dan pekerja garis depan pembasmian wabah virus corona di China.

Melansir South China Morning Post, saat ini masker menjadi barang langka, dan kurangnya pasokan alat pelindung wajah bisa memperburuk pertempuran melawan wabah virus corona.

Baca Juga: Kasus virus corona di kapal Diamond Princess bertambah 70, Kanada akan evakuasi warga

Sejauh ini, Cai telah melakukan perjalanan ke lebih dari 15 kota dan mengamankan setidaknya 200.000 masker. Sebagian dia percayakan kepada wisatawan Tiongkok yang dia temukan di bandara-bandara besar di Indonesia untuk dibawa pulang.

Dia telah mengatur teman-teman di seluruh China untuk mengambil masker di kota-kota mana pun para wisatawan kembali.

Baca Juga: Harga masker tinggi, Menkes: Salah sendiri kok beli

“Saya pikir Indonesia, dengan populasi (besar), maka basis pekerja terampil yang luas, akan memiliki persediaan masker yang lebih besar,” kata Cai, pemilik Pengembangan Budaya Newway Zhejiang, sebuah penelitian pendidikan dan firma live streaming, mengatakan dari Indonesia kepada South China Morning Post.

“Perebutan masker di China sangat terasa. Ketika saya tiba pada tanggal 1 Februari, ada ruang bagi saya untuk menyimpannya. Kami beralih dari farmasi ke farmasi, yang melelahkan tetapi lebih efektif. Jika saya tinggal di Ningbo selama 13 hari terakhir, itu akan membuang-buang waktu. Berada di sini, setidaknya saya bisa melakukan sesuatu dan memberi nilai pada situasi ini,” ceritanya.

Baca Juga: Update Corona: Terjangkit 69.032, meninggal 1.666, sembuh 9.390 (16/2-06.43 WIB)

China, yang menyumbang sekitar setengah dari produksi masker dunia, berusaha keras untuk mengambil pasokan berlebih dari luar negeri, baik melalui saluran diplomatik resmi, dan pembeli seperti Cai.

Tetapi dokter dan perawat, termasuk yang berada di garis depan di pusat gempa virus dari Wuhan, masih menghadapi kekurangan, terutama masker respirator N95 yang menawarkan perlindungan yang lebih baik.

Baca Juga: Pemerintah China terapkan denda berat bagi penimbun dan penjual masker harga tinggi

Sementara itu, melansir artikel Reuters pada akhir Januari 2020 lalu, pabrikan masker wajah China sudah membuka kembali pabrik yang ditutup untuk hari libur nasional.

Perusahaan menjanjikan pekerja hingga empat kali upah normal mereka karena konsumen memborong seluruh stok di toko-toko untuk persedian mereka dalam melindungi diri dari infeksi virus corona baru.

Baca Juga: Terjadi panic buying, tisu toilet jadi barang yang diburu di Singapura dan Hong Kong

"Dari apa yang saya dengar, kekurangan masket, jauh lebih parah daripada yang diketahui masyarakat," kata Cao Jun, manajer umum produsen masker Lanhine, yang memiliki pabrik di kota Ningbo, Tiongkok timur kepada Reuters.

Dia menambahkan, “Hampir semua pekerja rumah sakit di seluruh negeri menghadapi kekurangan masker, bukan hanya di Wuhan. Itu sangat mengerikan."

Cao mengatakan, klien perusahaan memesan 200 juta masker gabungan per hari dibandingkan dengan tingkat produksi normal sebesar 400.000 sehari.

“Saat ini, kami memiliki 20-lebih orang di pabrik, bekerja 24 jam. Kami menawarkan mereka empat kali lipat upah mereka per hari, "kata Cao kepada Reuters. "Kami menargetkan untuk meningkatkan produksi pada 27 Januari dan berada pada kapasitas penuh pada 1 Februari, ketika kami memiliki hampir 200 pekerja."

Baca Juga: Tisu toilet berubah menjadi mata uang paling diburu di Singapura dan Hong Kong

Pabrikan lain, CMmask, di kota Jiande, China timur, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka menawarkan upah pekerja tiga kali lipat jika para pekerja mau kembali sebelum masa libur usai.

“Pabrik kami kehabisan stok sekarang, tetapi kami telah memperpanjang jam kerja kami empat jam menjadi 8 pagi sampai jam 9 malam,” kata Hu Qinghui, wakil manajer umum CMmask.

Baca Juga: Virus corona kian menggila di Singapura, 9 orang lagi terjangkit Covid-19

Perusahaan AS, 3M dan Honeywell International mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka akan melakukan segala upaya untuk memastikan pasokan masker terus menerus selama liburan dan bahwa toko resmi mereka tidak akan menaikkan harga.

Kementerian industri China pada hari Rabu meluncurkan "upaya koordinasi darurat", meminta pemerintah setempat untuk bekerja dengan pabrik-pabrik masker "untuk mengatasi kesulitan tenaga kerja selama Festival Musim Semi, mempercepat produksi dan melakukan yang terbaik untuk meningkatkan pasokan ke pasar." Demikian laporan media pemerintah China.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×