Sumber: Reuters | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Tahun 2018
Memasuki tahun 2018, jual-beli serangan mulai terlihat. Diawali pada bulan Januari, Trump mulai menerapkan tarif impor tambahan untuk produk mesin cuci dan panel surya yang datang dari China.
Setelah itu Trump menerapkan tambahan tarif impor sebesar 25% untuk impor baja dan 10% untuk impor aluminium.
China membalasnya dengan kebijakan yang kurang lebih sama. Pemerintahan Jinping memberlakukan tarif tambahan sebesar 25% untuk 128 produk AS, termassuk pesawat terbang dan kedelai.
AS langsung membalas dengan mengumumkan rencana pengenaan tarif tambahan sebesar 25% untuk impor China yang senilai $50 miliar. Pada bulan Juni, China merespons dengan mengenakan tarif tambahan untuk setiap impor dari AS dengan nilai $34 miliar.
Baca Juga: Di tengah perseteruan yang makin panas, AS dan China tetap cari celah perdamaian
Memasuki bulan Agustus, AS merilis daftar $16 miliar berang China yang akan dikenakan pajak sebesar 25%. China membalas dengan bea 25% atas $16 miliar barang AS.
Tari tambahan 10% untu $200 miliar impor China mulai berlaku pada September 2018, dan akan naik menjadi 25% pada Januari 2019. China membalas dengan mengenakan pajak untuk $60 miliar barang impor AS.
Menutup perang sengit di tahun 2018, kedua negara sepakat untuk duduk bersama, menyetujui penghentian selama 90 hari atas pengenaan tarif impor tambahan.
Tahun 2019
Pada periode April-Mei, negosiator AS dan Chian mengadakan pembicaraan perdagangan di Beijing, menyusun draf perjanjian perdagangan setebal 150 halaman. Tanggal 3 Mei tengah malam, Beijing menghubungi Washington, menyatakan menolak hampir semua aspek yang tertulis dalam draf.
Tidak lama setelah itu, AS melarang raksasa teknologi dari China, Huawei, untuk membeli suku cadang dan komponen apapun dari perusahaan AS.
Baca Juga: Pengakuan Trump: Hubungan erat dengan Xi Jinping berubah pasca Covid-19