Sumber: Business Insider | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Investor legendaris Michael Burry kembali melontarkan kritik tajam kepada Nvidia dan Palantir.
Melalui unggahan di Substack pada Selasa, tokoh yang terkenal lewat kisah “The Big Short” itu menilai memo terbaru Nvidia kepada analis Wall Street justru mengecewakan dan tidak menjawab kekhawatirannya.
Dalam tulisannya berjudul Unicorns and Cockroaches: Blessed Fraud, Burry mengatakan ia tidak percaya bahwa respons tersebut berasal dari perusahaan publik dengan valuasi terbesar di dunia.
Baca Juga: Dua Emiten Baru, Masuk Sepuluh Besar Saham dengan Jumlah Pemegang Saham Terbanyak
Ia menyebut memo itu penuh dengan argumen palsu dan terasa seperti sebuah hoaks.
Burry menegaskan bahwa ia tidak pernah menuduh Nvidia memperpanjang masa depresiasi aset tetapnya, karena perusahaan tersebut adalah perancang chip yang memiliki belanja modal minim.
“Tidak ada yang peduli soal depresiasi Nvidia sendiri,” ujarnya.
Ia juga menolak argumen bahwa chip generasi lama masih dipakai, karena kekhawatirannya justru mengenai potensi keusangan chip generasi baru pada 2026–2028.
Baca Juga: Saham AI China Anjlok! Bursa Ditutup Menguat Tipis Senin (8/9)
Menurut dia, tanggapan Nvidia bersifat menyesatkan dan mengecewakan. Burry juga mengungkap bahwa ia saat ini memegang opsi jual (put options) terhadap Nvidia maupun Palantir. Kedua perusahaan belum memberikan komentar atas kritik tersebut.
Kekhawatiran soal depresiasi
Salah satu fokus utama Burry adalah praktik depresiasi di perusahaan-perusahaan AI, khususnya terkait bagaimana mereka memperkirakan umur aset seperti chip dan server.
Ia menilai perusahaan bisa meningkatkan laba jangka pendek jika memperpanjang masa depresiasi menjadi lima hingga enam tahun, namun berisiko menimbulkan penurunan nilai (writedown) besar di masa depan.
Burry juga menyinggung wawancara CEO Microsoft Satya Nadella, yang mengaku memperlambat pembangunan pusat data karena khawatir generasi chip berikutnya membutuhkan infrastruktur berbeda.
Baca Juga: Walau Belum Besar, Saham Teknologi Indonesia Punya Prospek Menjanjikan
Menurut Burry, raksasa-raksasa komputasi awan kini terus memperpanjang umur depresiasi chip dan server, sementara mereka justru belanja besar pada aset yang cepat mengalami keusangan.
Ia menyebut respons pasar dan memo Nvidia menunjukkan bahwa komentarnya memicu reaksi lebih besar dari yang ia bayangkan.
Saham Nvidia sendiri telah turun 14% dari level puncak 3 November, seiring kekhawatiran investor bahwa belanja AI kian berlebihan dan valuasi perusahaan-perusahaan AI terlalu tinggi.
Taruhan baru setelah The Big Short
Burry dikenal dunia setelah taruhannya terhadap gelembung perumahan AS di awal 2000-an difilmkan dalam The Big Short.
Ia kembali aktif di media sosial X pada akhir Oktober, dan langsung menyuarakan pendapat bahwa saham-saham AI berada dalam fase gelembung.
Scion Asset Management, perusahaan investasi Burry, sebelumnya mengungkap melalui laporan 13F bahwa pada akhir September ia memegang posisi put terhadap Nvidia dan Palantir.
Nilai nosional kedua posisi itu mencapai US$ 1,1 miliar, namun Burry menegaskan biaya yang ia keluarkan hanya sekitar US$ 10 juta masing-masing.
Baca Juga: Reli Saham AI Meredup, Bursa China dan Hong Kong Kompak Melemah
Taruhan itu sempat dipicu komentar CEO Palantir Alex Karp, yang menyebut langkah Burry sebagai batshit crazy. Burry membalas bahwa ia tidak heran jika Karp tidak bisa membaca dokumen 13F dengan benar.
Sementara itu, saham Palantir telah turun 20% sejak mencetak level tertinggi jelang laporan keuangan kuartal ketiga.
Meski begitu, saham perusahaan tersebut masih melonjak 26 kali lipat sejak awal 2023, dengan valuasi sekitar US$390 miliar atau hampir 90 kali proyeksi pendapatan tahun ini yang sekitar US$ 4,4 miliar.













