kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mimpi buruk Eropa: Rusia dan China kembangkan rudal hipersonik


Selasa, 29 Desember 2020 / 06:48 WIB
Mimpi buruk Eropa: Rusia dan China kembangkan rudal hipersonik
ILUSTRASI. Sejumlah media Jerman memperingatkan pengembangan senjata hipersonik Rusia dan China. Andy Wong/Pool via REUTERS/File Photo


Sumber: Express.co.uk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - LONDON. Sejumlah media Jerman memperingatkan pengembangan senjata hipersonik Rusia dan China, dengan mengatakan senjata itu menimbulkan "mimpi buruk" bagi keamanan Eropa.

Melansir Express.co.uk, Gerhard Hegmann, seorang jurnalis di Die Welt, mengatakan adopsi rudal hipersonik Moskow dan Beijing menandai "spiral ancaman" baru ke Eropa dari Rusia dan China. Reporter itu mencatat ketakutan baru-baru ini terhadap pangkalan militer AS di Ramstein, di mana Jerman menggambarkannya sebagai kekuatan destruktif persenjataan Rusia.

Hegmann mengatakan, pangkalan AS disiagakan ketika sebuah kapal selam Rusia melakukan uji rudal balistik antarbenua (ICBM).

Sementara AS terus-menerus waspada terhadap ancaman, dia menambahkan senjata hipersonik yang hampir tidak mungkin untuk dicegat.

Baca Juga: Situasi Laut China Selatan memanas, Pentagon akan ambil langkah tegas atas Beijing

"Dengan munculnya apa yang disebut senjata hipersonik, rantai peringatan yang ada tentang peluncuran rudal dan sistem rudal anti-balistik menjadi tidak berguna dan waktu untuk bereaksi terhadap peluncuran berkurang secara drastis," jelas Hegmann.

Jurnalis itu kemudian mengutip para ahli Dewan Hubungan Luar Negeri Jerman yang menyatakan rudal hipersonik akan merusak keseimbangan kekuatan antara negara-negara nuklir.

Baca Juga: Poseidon, drone bawah air Rusia berjulukan senjata nuklir hari kiamat

Para ahli menunjukkan kepada Hegmann, Rusia dan China memimpin dalam pengembangan senjata hipersonik, tetapi mengatakan AS berkomitmen untuk mengejar ketinggalan.

Departemen Pertahanan AS mengumumkan awal tahun ini bahwa mereka telah mendirikan pangkalan baru untuk mengembangkan senjata hipersonik, dengan tujuan untuk menerjunkan "kemampuan senjata hipersonik yang diluncurkan dari udara dan bernapas udara" dalam waktu tiga tahun.

Australia juga mengumumkan pada awal bulan bahwa mereka akan bekerja sama dengan AS untuk bersama-sama mengembangkan rudal jelajah guna melawan China dan Rusia.

Menteri Pertahanan Australia Linda Reynolds berkata: "Kami akan terus berinvestasi dalam kemampuan-kemampuan canggih untuk memberi Angkatan Pertahanan Australia lebih banyak pilihan untuk mencegah agresi terhadap kepentingan Australia."

Baca Juga: Memulai perlombaan senjata baru, Putin salahkan Amerika Serikat

Tetapi analis keamanan Jerman mengklaim, Rusia tidak peduli dengan kemajuan Amerika karena mereka memiliki pertahanan yang efektif terhadap senjata hipersonik.

Rusia telah mengembangkan sistem rudal S-500 Prometey untuk mencegat persenjataan hipersonik, dan juga memiliki "rudal pencegat tak dikenal yang dimodifikasi" menurut para analis.

Baca Juga: Rusia siapkan sistem pertahanan udara S-500, disebut jadi penangkal rudal Amerika

Menurut Kementerian Pertahanan AS, S-500 diharapkan akan dikerahkan oleh angkatan bersenjata Rusia pada tahun 2021.

Sergei Surovikin, komandan Pasukan Dirgantara Rusia, mengatakan akan mampu menghancurkan senjata hipersonik di ruang dekat Bumi.

Itu terjadi setelah China dan Rusia berupaya memperkuat hubungan strategis untuk menunjukkan kekuatan kepada Joe Biden, Presiden terpilih.

Anggota Dewan Negara China dan Menteri Luar Negeri Wang Yi mengatakan kepada media pemerintah China, The Global Times, hubungan Beijing dengan Moskow harus lebih stabil karena dunia menjadi "lebih bergolak".

Dia juga menyerang AS karena penindasan terhadap China dan Rusia, setelah panggilan telepon dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

"AS masih memegang tongkat sanksi sepihak dan bertentangan dengan tren zaman, dan hanya akan meninggalkan catatan yang lebih memalukan di dunia," jelas Wang seperti yang dikutip Express.co.uk.

Pada 22 Desember, China dan Rusia mengadakan patroli udara bersama di Laut Jepang dan Laut China Timur.

Baca Juga: Bisa jangkau Amerika, rudal balistik Sarmat Rusia siap robek semua sistem pertahanan

China mengirim empat pembom strategis H-6K berkemampuan nuklir "untuk membentuk formasi bersama" dengan dua pembom Tu-95 Rusia yang terkenal untuk melakukan patroli bersama sebagai "bagian dari rencana kerja sama militer tahunan" antara kedua negara.

Pengumuman dari menteri pertahanan China dan Rusia menjelang latihan mengatakan latihan itu bertujuan untuk lebih mengembangkan kemitraan strategis komprehensif China-Rusia di era baru, dan meningkatkan tingkat koordinasi strategis kedua militer dan kemampuan operasional bersama-sama serta menjaga stabilitas strategis global.

The Global Times mengutip pakar China yang mengatakan latihan itu akan menjadi "rutinitas" di masa depan.

Selanjutnya: Tambah kekuatan tempur, Rusia bangun lagi enam kapal korvet canggih



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×