Sumber: Al Jazeera | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Para gubernur bank sentral dan delegasi keuangan dunia berkumpul di Washington, DC, pekan ini dalam rangka pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia, yang dijadwalkan berakhir pada Sabtu.
Fokus pembahasan tahun ini tertuju pada tantangan ekonomi global, di tengah peringatan IMF atas meningkatnya risiko akibat kebijakan tarif perdagangan dan proteksionisme Amerika Serikat.
Apa Itu IMF dan Bagaimana Cara Kerjanya?
Didirikan pada tahun 1944 dalam Konferensi Bretton Woods di New Hampshire, Amerika Serikat, IMF dibentuk untuk menstabilkan ekonomi global pasca-Perang Dunia II. Kini, lembaga yang bermarkas di Washington, DC ini telah berkembang dari 44 anggota pendiri menjadi 191 negara anggota.
IMF dikenal sebagai “lender of last resort” atau pemberi pinjaman terakhir, yang biasanya turun tangan ketika suatu negara menghadapi krisis keuangan serius dan tidak dapat mengakses pembiayaan dari sumber lain.
Baca Juga: AS Desak IMF dan Bank Dunia Bersikap Lebih Keras terhadap Praktik Ekonomi China
Bantuan IMF sering kali disertai syarat ketat, seperti penghematan anggaran (austerity), reformasi fiskal, dan penyesuaian struktural — kebijakan yang kerap memperdalam kesulitan sosial-ekonomi negara penerima bantuan.
IMF mendanai operasinya melalui kontribusi kuota anggota, yang besarnya ditentukan oleh ukuran ekonomi masing-masing negara. Kuota ini menentukan berapa besar kontribusi, jumlah pinjaman yang bisa diajukan, serta kekuatan suara dalam pengambilan keputusan IMF.
Seberapa Besar Dana IMF?
Secara total, kapasitas pinjaman IMF mencapai sekitar US$1 triliun.
IMF menyalurkan pinjaman dengan menggunakan dana gabungan dari negara-negara anggotanya. Negara maju dan ekonomi stabil berperan sebagai kreditor, menyediakan dana yang kemudian dipinjamkan ke negara yang membutuhkan. Sebagai imbalannya, kreditor memperoleh bunga dari kontribusi tersebut.
Pada tahun 2024, sekitar 50 negara kreditor menerima bunga kolektif senilai US$5 miliar.
Negara-Negara dengan Utang Terbesar ke IMF
Total utang negara-negara anggota ke IMF kini mencapai SDR 118,9 miliar atau setara US$162 miliar (per 15 Oktober 2025).
SDR (Special Drawing Rights) adalah unit khusus IMF yang nilainya didasarkan pada lima mata uang utama dunia: dolar AS, euro, pound sterling, renminbi Tiongkok, dan yen Jepang. Saat ini, 1 SDR bernilai sekitar US$1,36.
Dari 86 negara peminjam, tiga negara teratas menyumbang hampir setengah dari total utang, sementara 10 negara teratas mencakup 73 persen dari keseluruhan pinjaman.
Baca Juga: IMF Naikkan Proyeksi Ekonomi Asia, Tapi Waspadai Risiko Perdagangan dan Geopolitik
Negara dengan utang terbesar ke IMF adalah:
-
Argentina – SDR 41,8 miliar (~US$57 miliar)
-
Ukraina – SDR 10,4 miliar (~US$14 miliar)
-
Mesir – SDR 6,9 miliar (~US$9 miliar)
Mengapa Argentina Jadi Peminjam Terbesar IMF?
Argentina merupakan peminjam terbesar dalam sejarah IMF. Utang negara ini melampaui total gabungan tujuh negara berikutnya – termasuk Ukraina, Mesir, Pakistan, Ekuador, Pantai Gading, Kenya, dan Bangladesh.
Pada April 2025, IMF menyetujui program ke-23 untuk Argentina berupa paket bailout senilai US$20 miliar guna menopang perekonomian yang tertekan inflasi tinggi dan pelemahan peso.
Argentina memiliki sejarah panjang ketergantungan pada IMF. Pada 2018, negara ini memperoleh pinjaman sebesar US$57 miliar, pinjaman terbesar dalam sejarah IMF, untuk menanggulangi krisis mata uang dan defisit fiskal.
Menjelang pemilu paruh waktu 26 Oktober 2025, pemerintahan Donald Trump juga mengumumkan paket dukungan finansial senilai US$20 miliar kepada Argentina. Bantuan itu mencakup swap mata uang antara bank sentral kedua negara untuk memperkuat cadangan devisa Argentina.
Ukraina: Utang Membengkak Akibat Perang
Utang Ukraina ke IMF melonjak setelah invasi Rusia pada Februari 2022 yang melumpuhkan ekonominya. Hingga akhir April 2025, total utang luar negeri Ukraina mencapai US$108,4 miliar, atau lebih dari 70 persen dari total utang pemerintah sebesar US$152 miliar.
Pada Maret 2023, IMF menyetujui Extended Fund Facility (EFF) senilai US$15,5 miliar sebagai bagian dari paket dukungan internasional untuk menjaga stabilitas fiskal dan membantu pembiayaan sipil. Hingga Oktober 2025, Ukraina telah menerima US$10,6 miliar dari total dana yang dijadwalkan cair hingga 2027.
Mesir: Ketergantungan Akibat Inflasi dan Krisis Devisa
Mesir menjadi peminjam terbesar ketiga IMF akibat defisit fiskal tinggi, utang publik, dan krisis cadangan devisa.
Baca Juga: IMF: AS dan China Tetap Komit Dukung Upaya Global Atasi Krisis Utang
Pada 2016, IMF menyetujui pinjaman US$11,9 miliar melalui skema EFF untuk mendorong reformasi struktural, termasuk reformasi nilai tukar, pengendalian inflasi, kenaikan pajak, serta pemangkasan subsidi dan gaji pegawai negeri.
Pada Maret 2025, IMF kembali mencairkan US$1,2 miliar setelah tinjauan keempat terhadap program reformasi ekonomi senilai US$8 miliar. Pemerintah Mesir melaporkan bahwa inflasi berhasil ditekan hampir separuh berkat kebijakan fiskal yang disepakati bersama IMF.
Negara dengan Utang IMF Terbesar terhadap PDB
Jika dibandingkan dengan ukuran ekonomi masing-masing, negara dengan proporsi utang IMF terbesar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) adalah:
-
Suriname – 13% dari PDB
-
Republik Afrika Tengah – 9,4%
-
Argentina – 8,3%
-
Barbados – 7,4%
-
Gambia – 6,95%
Meskipun angka pinjaman IMF mencapai miliaran dolar, secara umum utang IMF hanya menyumbang sebagian kecil dari total utang nasional suatu negara.