Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID - Statusnya sebagai salah satu negara paling berbahaya di dunia rupanya tidak membuat Libya dihindari pelancong. Kenyataannya, jumlah wisatawan yang datang ke Libya masih cukup tinggi.
Libya menjadi negara yang tak terkendali sejak 15 Februari 2011, tepatnya ketika demonstrasi anti-pemerintah diadakan di Benghazi oleh para pengunjuk rasa yang marah atas penangkapan seorang pengacara hak asasi manusia, Fethi Tarbel.
Tuntutan utamanya adalah turunnya Muammar al-Qaddafi dari kursi pemimpin negara yang telah didudukinya selama empat dekade. Demonstrasi pecah menjadi perang saudara dan mengundang intervensi militer internasional.
Pada Oktober 2011, Qaddafi tertangkap oleh pasukan transisi kekuasaan. Sang pemimpin dieksekusi ditempat. Jenazahnya diseret di jalanan.
Baca Juga: Daftar 10 Negara Paling Sehat di Dunia: Ada Singapura, Jepang, Hingga Prancis
Meski begitu, konflik Libya masih belum sepenuhnya usai. Sampai saat ini pertarungan untuk merebut kekuasaan telah berkecamuk antara kelompok-kelompok yang bermusuhan dari timur dan barat negara tersebut.
Situasi keamanan yang buruk membuat banyak negara melabeli negara tersebut sebagai negara yang tidak aman untuk dikunjungi wisatawan.
Menariknya, beberapa komunitas wisatawan justru memasukkan Libya sebagai destinasi “pariwisata berbahaya” atau “pariwisata gelap”.
Baca Juga: 10 Negara Termiskin di Dunia Tahun 2025 Berdasarkan PDB per Kapita
Masih Jadi Tujuan Wisata Populer
Melansir New York Post, Amerika Serikat bahkan peringatan perjalanan Level 4, yang merupakan level tertinggi untuk tidak melakukan perjalanan ke Libya.
Amerika Serikat memasang label peringatan “kejahatan, terorisme, ranjau darat yang belum meledak, kerusuhan sipil, penculikan, dan konflik bersenjata" untuk Libya.
Pemerintah Inggris pun memberikan peringatan "menyarankan untuk tidak melakukan perjalanan" ke Libya.
Menariknya, data Travel and Tour World menunjukkan bahwa Libya menarik hampir 100.000 wisatawan internasional setiap tahun. Situasi politik yang mulai tenang sepertinya membuat Libya kini menjadi lebih aman dikunjungi.
Baca Juga: 10 Negara Paling Religius di Dunia, Indonesia Termasuk
Pengamanan Ketat
Hudson dan Emily, pasangan kreator konten yang berkunjung ke Libya tahun 2024, mengaku merasa aman selama berkunjung ke negara tersebut.
Meskipun begitu, mereka tetap bepergian dengan seorang bodyguard, yang juga mengikuti mereka saat akan ke kamar mandi.
"Kami merasa aman selama berada di sana (Libya). Kami menikmati waktu mengagumi reruntuhan kuno dan situs Warisan Dunia UNESCO Leptis Magna, kota Tripoli yang indah, dan masyarakatnya yang sangat ramah," kata pasangan tersebut.
Turis lainnya, Daniel Pinto, tiba di Libya pada Mei 2024. Kunjungannya ke Libya menjadi sedikit menegangkan ketika dia ditahan selama berjam-jam di bawah todongan senjata oleh tentara.
Pinto adalah satu dari sekian banyak pelancong yang sengaja datang ke negara-negara berbahaya untuk sekadar mencicipi sensasi menegangkan.
Para pakar perjalanan mengatakan, mereka melihat adanya peningkatan minat untuk mengunjungi lokasi bencana alam, pembunuhan massal, atau kejadian atau situasi lain di mana sesuatu yang buruk telah terjadi.
Tonton: Donald Trump: Saya Memimpin Negara dan Dunia