Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Strategi itu berbahaya. Dan solusinya tidak lebih baik. Masih bertekad untuk menghindari Android, pada 2011, Nokia bergabung dengan Microsoft dan memutuskan untuk mengadopsi Windows bagi smartphone Lumia-nya. Pada 2012, dengan penjualan smartphone global 1,6 miliar unit, pengiriman Nokia turun menjadi hanya 35 juta unit untuk 5% pangsa pasar global. Sebagai perbandingan, Apple mengirim 135,8 juta iPhone. Samsung mengirimkan 213 juta smartphone Galaxy yang didukung Android.
Pada 2014, semuanya berakhir. Nokia keluar dari bisnis ponsel cerdas, menjualnya seharga US$ 7,2 miliar ke Microsoft.
Baca Juga: Laba Distributor Samsung dan iPhone di Indonesia Anjlok 43,50%
Dari sana, Nokia sangat bergantung pada bisnis jaringannya, tetapi ada usaha lain. Perusahaan berusaha memeras sejumlah uang dari Apple dengan meluncurkan gugatan paten pada 2016. Perusahaan memenangkan penyelesaian satu kali dari Apple sebagai hasilnya. Nokia menggunakan sebagian uang tunai itu untuk mencoba memasuki pasar perangkat kesehatan yang dapat dipakai, di mana Apple sudah terjun ke bisnis itu sebelumnya lewat Apple Watch.
Nokia membeli startup kesehatan Prancis, Withings, sebesar US$ 191 juta pada 2016. Pada tahun 2017, perusahaan mencatatkan penyusutan aset pada bisnis senilai US$ 164 juta. Pada 2018, ia menyerah, menjual Withings kembali ke pendirinya.
Baca Juga: Di luar perkiraan, Nokia berhasil raup pertumbuhan pendapatan 7% di kuartal II
Menjelang akhir dekade, sumber utama pendapatan Nokia adalah peralatan jaringan dan lisensi paten.
Bagaimana dengan tahun 2020?