Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - SEOUL. Jika seorang raja Korea memiliki beberapa anak, dia akan menunjuk anak "yang paling dicintainya" sebagai putra mahkota.
Dalam nada yang sama, pemimpin Korea Utara Kim Jong-un tampaknya telah memilih anak keduanya - Ju Ae yang berusia sembilan tahun - sebagai penggantinya. Itu akan membuka jalan bagi Ju Ae untuk naik tahta pada waktunya.
Demikian analisa seorang pakar terkemuka Korea Utara Cheong Seong-chang dari wadah pemikir The Sejong Institute yang berbasis di Korea Selatan.
Melansir The Straits Times, dunia melihat Ju Ae untuk pertama kali pada 19 November, ketika media pemerintah Korea Utara merilis foto-foto dia berjalan bersama ayahnya saat memeriksa keberhasilan peluncuran rudal balistik antarbenua (ICBM) jenis baru sehari sebelumnya.
Sang putri kesayangan tidak disebutkan namanya. Akan tetapi, Badan Intelijen Nasional Korea Selatan kemudian mengidentifikasi dia sebagai Ju Ae - putri kedua Kim dan istrinya Ri Sol Ju. Ju Ae diketahui lahir pada tahun 2013.
Gadis itu, yang sangat mirip dengan orang tuanya, kembali menjadi berita utama pada 27 November, ketika dia berpose bersama ayahnya, serta pejabat, ilmuwan, teknisi, dan pekerja yang memberikan kontribusi besar pada peluncuran ICBM baru-baru ini.
Baca Juga: Rumor Putri Kim Jong Un sebagai Pemimpin Korut Selanjutnya Kian Santer, Ini Sebabnya
Frekuensi kemunculannya memicu spekulasi tentang suksesi dan menimbulkan pertanyaan apakah Korea Utara yang patriarkal siap menerima perempuan sebagai pemimpin untuk pertama kali dalam sejarahnya.
Surat kabar Rodong Sinmun, media pemerintah, menggunakan istilah "anak yang paling dicintai" untuk menyebut Ju Ae dalam perjalanan keduanya dan menampilkan sebanyak 15 foto dirinya dan ayahnya. Sebelumnya, ada enam foto yang ditampilkan selama debutnya.
Dr Cheong mengatakan perhatian yang ditingkatkan memperjelas bahwa Kim Ju Ae akan menjadi penerus Kim Jong Un.
Baca Juga: Kim Jong Un Targetkan Korea Utara Miliki Kekuatan Nuklir Terkuat di Dunia
Dia juga mencatat bahwa "sangat luar biasa" bagi media untuk menyebut putri Kim sebagai "anak kesayangannya", ketika istrinya disebut "Kamerad Ri" daripada "Ibu Negara yang Terhormat".
Dia menambahkan bahwa cara putrinya difoto, baik berpegangan tangan dengan ayahnya atau meletakkan tangannya di bahunya, juga "membuktikan kasih sayang Kim Jong-un yang besar padanya".
Tanda lain dari statusnya adalah surat yang ditulis oleh kelompok kontributor ICBM yang diterbitkan di Rodong Sinmun, kata Dr Cheong.
Grup tersebut menghubungkan kesuksesan peluncuran dengan bimbingan yang cermat dari Kim dan fakta bahwa dia datang ke lapangan secara pribadi bersama dengan anak yang paling disayanginya.
Mereka juga bersumpah "kesetiaan abadi pada garis keturunan Baekdu" - mengacu pada dinasti Kim yang berasal dari kakek Kim, Kim Il-sung yang mendirikan negara itu pada tahun 1948.
Dr Cheong berkata ini berarti mereka mengakui Ju Ae sebagai keturunan dari garis keturunan Baekdu.
Pemimpin Korea Utara dan istrinya dikabarkan memiliki tiga anak yang lahir pada tahun 2010, 2013 dan 2017. Anak pertama mereka dikatakan laki-laki, sedangkan jenis kelamin anak ketiga tidak diketahui.
Keberadaan putri mereka pertama kali terungkap pada tahun 2013 oleh mantan bintang bola basket Amerika Dennis Rodman yang mengunjungi negara tersebut dan bertemu dengan Kim. Dia menggambarkan Kim sebagai ayah yang baik (yang) memiliki keluarga yang cantik dan berkata dia “menggendong bayi mereka Ju Ae”.
Baca Juga: Dianggap Tidak Netral, Korea Utara Menyebut Sekjen PBB Sebagai Boneka AS
Mengingat patriarki yang mengakar di Korea Utara, Dr Cheong mengatakan, bahkan mungkin sulit bagi Kim Jong-un untuk menunjuk putrinya, bukan putranya, sebagai pemimpin keempat Korea Utara.
Namun ahli lain merasa masih terlalu dini untuk mengatakan apakah Ju Ae memang pewaris tahta.
Ketika ditanya oleh The Straits Times tentang Ju Ae, Duta Besar Amerika Serikat untuk Korea Selatan Philip Seth Goldberg mengatakan dia lebih peduli tentang tes ICBM daripada gadis itu.
Berbicara pada jumpa pers asing pada 1 Desember, dia juga mengatakan terlalu dini untuk memikirkan apakah jenis kelamin pemimpin Korea Utara akan berpengaruh dalam pembicaraan dengan AS.
“Tapi kami merasa sangat kuat tentang kesetaraan gender,” tambahnya.
Mengutip Channel News Asia, profesor studi internasional Ewha Womans University Leif-Eric Easley mengatakan Kim hanya berusaha memaksimalkan keuntungan politik dari ICBM baru dengan menghubungkan putrinya dengan apa yang diklaim Korea Utara sebagai senjata paling kuat di dunia.