Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Dua mantan duta besar AS untuk Vatikan mengatakan bahwa kritik Burch terhadap Paus bisa menjadi hambatan dalam membangun hubungan diplomatik.
Ken Hackett, duta besar era Presiden Barack Obama, menegaskan bahwa para pejabat Vatikan tidak suka diremehkan atau mendengar kritik terhadap Paus.
Francis Rooney, mantan duta besar era George W. Bush, menambahkan bahwa meskipun Vatikan memprioritaskan hubungan baik dengan pemerintah AS, mereka akan berhati-hati dalam berinteraksi dengan kritikus Paus.
Baca Juga: Menag: Pertemuan Jokowi dan Paus Fransiskus Akan Bahas Hubungan Indonesia-Vatikan
"Jika diskusi ini terlalu memanas di ruang publik, Vatikan cenderung mengambil jarak," ujar Rooney.
Peran CatholicVote dan Kontroversinya
CatholicVote, organisasi yang dipimpin Burch, dikenal memiliki hubungan dekat dengan Partai Republik. Pada pemilu 2020, organisasi ini mendukung Trump melalui panduan pemilih yang menyoroti kesesuaian Trump dengan ajaran Katolik terkait aborsi, kebebasan beragama, dan perawatan kesehatan.
Namun, panduan tersebut mengabaikan kritik Paus terhadap Trump.
Baca Juga: Selama Kunjungan di Indonesia, Paus Fransiskus Memilih Menginap di Kedubes Vatikan
Kelompok ini juga memanfaatkan teknologi "geofencing" untuk mengumpulkan data dari ponsel jemaat yang menghadiri misa, memungkinkan mereka menargetkan pemilih Katolik dengan iklan politik yang mendukung Trump. Praktik ini memicu perdebatan etika.
Pendeta Tom Reese, seorang komentator Jesuit di AS, menyatakan bahwa Vatikan mengharapkan para duta besar untuk mendorong agenda negara mereka. Namun, ia menekankan bahwa "seorang pelobi yang tidak menyenangkan tidak akan mencapai banyak hal."