Sumber: Reuters | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - JENEWA. Laporan penyelidik PBB pada Selasa (7/7) menyebut serangan udara mematikan pesawat-pesawat tempur Suriah dan Rusia di sekolah, rumahsakit, dan pasar di Provinsi Idlib sebagai kejahatan perang.
Mereka mengatakan, "pemboman tanpa pandang bulu" oleh pasukan pro-pemerintah, menjelang gencatan senjata pada Maret lalu yang ditengahi Turki, yang merenggut ratusan nyawa dan memaksa hampir satu juta warga sipil melarikan diri merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Komisi Penyelidikan PPB tentang Suriah juga menuduh Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok jihadis yang mengendalikan sebagian wilayah Suriah Barat Laut, menembakkan artileri ke wilayah sipil "tanpa tujuan militer yang sah".
Baca Juga: Putin kecam Amerika Serikat yang jatuhkan sanksi baru atas Suriah
Pejuang dari HTS, sebuah kelompok yang sebelumnya dikenal sebagai Front Nusra, telah menyiksa dan mengeksekusi tahanan.
"Yang jelas dari kampanye militer adalah, pasukan pro-pemerintah dan teroris yang ditunjuk PBB secara terang-terangan melanggar hukum perang dan hak-hak warga sipil Suriah," kata Paulo Pinheiro, Ketua Komisi Penyelidikan PPB tentang Suriah, dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Reuters.
Laporan, yang mencakup periode November 2019 hingga Juni 2020, berdasarkan pada data penerbangan dan kesaksian saksi. PBB memeriksa 52 "serangan simbolik" di Barat Laut Suriah, termasuk 47 serangan yang dikaitkan dengan Pemerintah Suriah yang didukung Rusia.
Baca Juga: Jerman: Iran, Suriah, Yordania, Turki, Rusia, China melakukan aksi mata-mata
Menyerang personel medis
Pesawat-pesawat tempur Rusia hanya terlibat dalam serangan mematikan pada 5 Maret di sebuah peternakan unggas, dekat Marat Misrin, yang melindungi orang-orang terlantar.
Kemudian, pesawat-pesawat tempur Rusia terlibat dalam tiga serangan di samping sebuah rumahsakit yang rusak di Kota Ariha yang dikuasai pemberontak pada 29 Januari lalu. Hanya, PBB menyebutkan, Rusia membantah terlibat dalam serangan itu.
Wilayah ini adalah rumah bagi campuran kelompok militan dan oposisi Islam, yang banyak dari mereka melarikan diri dari bagian lain Suriah setelah Presiden Bashar al-Assad, dengan dukungan Rusia, merebut kembali wilayah mereka.
Baca Juga: Amerika jatuhkan sanksi ke Presiden Suriah dan istrinya, tujuannya?
"Komisi memiliki alasan yang masuk akal untuk percaya bahwa pasukan pro-pemerintah melakukan kejahatan perang, dengan sengaja menyerang personel dan fasilitas medis dengan melakukan serangan udara," sebut Komisi Penyelidikan PPB tentang Suriah dalam laporannya.
"Wanita, pria, dan anak-anak yang kami wawancarai menghadapi pilihan yang mengerikan, yakni dibombardir atau melarikan diri lebih dalam ke daerah-daerah yang dikontrol HTS di mana ada pelanggaran HAM yang merajalela," ujar Karen Koning AbuZayd, anggota Penyelidikan PPB tentang Suriah.
"Tindakan anggota HTS sama dengan kejahatan perang," katanya.