Sumber: Al Jazeera | Editor: Khomarul Hidayat
Pemerintahan Trump memberi tahu Kongres AS pada November 2020 bahwa mereka telah menyetujui penjualan lebih dari US$ 23 miliar sistem senjata canggih, termasuk jet tempur F-35 dan drone bersenjata ke UEA.
Pengumuman itu datang tak lama setelah pemerintah Emirat setuju untuk menormalisasi hubungan dengan Israel dalam kesepakatan yang ditengahi AS.
"Ini adalah pengakuan atas hubungan kami yang semakin dalam dan kebutuhan UEA akan kemampuan pertahanan tingkat lanjut untuk mencegah dan mempertahankan diri dari ancaman yang meningkat dari Iran," kata Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo dalam sebuah pernyataan pada saat itu.
Baca Juga: Bill Gates terkejut dengan teori konspirasi Covid-19 gila dan jahat soal dirinya
Kelompok hak asasi manusia mengecam penjualan senajata itu, karena dapat memicu konflik regional. Terutama di Libya dan di Yaman, di mana UEA dan Arab Saudi telah melancarkan perang yang menghancurkan melawan pemberontak Houthi di negara itu.
Anggota parlemen dari Partai Republik dan Demokrat juga mengecam penjualan senjata itu, dengan mengatakan itu akan memfasilitasi perlombaan senjata yang berbahaya.
Legislator AS mengajukan resolusi yang berusaha menghentikan kesepakatan, tetapi upaya mereka gagal di Senat AS.
Trump saat itu juga mengancam akan memveto upaya Kongres AS apa pun untuk menghentikan penjualan senjata.