kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengunjuk Rasa Sri Lanka Bersumpah Tak Akan Berhentu Hingga Presiden dan PM Mundur


Senin, 11 Juli 2022 / 05:46 WIB
Pengunjuk Rasa Sri Lanka Bersumpah Tak Akan Berhentu Hingga Presiden dan PM Mundur
ILUSTRASI. Pengunjuk rasa Sri Lanka mengatakan akan menempati kediaman presiden dan PM sampai mereka akhirnya berhenti dari jabatannya. REUTERS/Dinuka Liyanawatte


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - KOLOMBO. Pada Minggu (10/7/2022), para pemimpin gerakan aksi unjuk rasa Sri Lanka mengatakan, mereka akan menempati kediaman presiden dan perdana menteri sampai mereka akhirnya berhenti dari jabatannya. 

Hal itu diungkapkan sehari setelah kedua pemimpin itu setuju untuk mengundurkan diri meninggalkan negara itu dalam ketidakpastian politik.

Melansir Reuters, ribuan pengunjuk rasa menyerbu rumah dan kantor Presiden Gotabaya Rajapaksa dan kediaman resmi perdana menteri pada hari Sabtu. Para demonstran menuntut kedua pemimpin mundur atas ketidakmampuan mereka untuk mengatasi krisis ekonomi yang menghancurkan sehingga meletus menjadi kekerasan.

Menurut ketua parlemen, Rajapaksa akan mundur pada 13 Juli. Sementara Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe juga mengatakan dia akan mundur untuk memungkinkan pemerintahan sementara semua partai mengambil alih.

"Presiden harus mengundurkan diri, perdana menteri harus mengundurkan diri dan pemerintah harus pergi," kata penulis drama Ruwanthie de Chickera dalam konferensi pers di lokasi protes utama di Kolombo.

Baca Juga: Gelombang Protes Meluas, Perdana Menteri Sri Lanka Bersedia Mundur

Diapit oleh para pemimpin lain yang membantu mengoordinasikan gerakan melawan pemerintah, dia mengatakan massa tidak akan keluar dari kediaman resmi presiden dan perdana menteri sampai saat itu tiba.

Meskipun ketenangan telah kembali ke jalan-jalan Kolombo pada hari Minggu, sepanjang hari masyarakat Sri Lanka yang penasaran berkeliaran di istana presiden yang telah diduduki. Anggota pasukan keamanan, beberapa dengan senapan serbu, berdiri di luar kompleks tetapi tidak menghentikan orang untuk masuk.

"Saya belum pernah melihat tempat seperti ini dalam hidup saya," ujar penjual saputangan berusia 61 tahun B.M. Chandrawathi, ditemani oleh putri dan cucunya, mengatakan kepada Reuters saat dia mencoba sofa mewah di kamar tidur lantai pertama.

"Mereka menikmati kemewahan super sementara kami menderita. Kami ditipu. Saya ingin anak-anak dan cucu-cucu saya melihat gaya hidup mewah yang mereka nikmati," tambahnya. 

Baca Juga: IMF: Prospek Ekonomi Global Semakin Gelap Secara Signifikan

Di dekatnya, sekelompok pria muda bersantai di tempat tidur bertiang empat dan yang lainnya berdesak-desakan di atas treadmill yang dipasang di depan jendela besar yang menghadap ke halaman rumput yang terawat.

Krisis ekonomi

Kekacauan politik dapat mempersulit upaya untuk menarik Sri Lanka keluar dari krisis ekonomi terburuknya dalam tujuh dekade. Krisis tersebut dipicu oleh kekurangan mata uang asing yang parah yang telah menghentikan impor kebutuhan pokok seperti bahan bakar, makanan dan obat-obatan.

Krisis keuangan berkembang setelah pandemi COVID-19 menghantam ekonomi yang bergantung pada pariwisata dan memangkas pengiriman uang dari pekerja luar negeri.

Hal ini juga diperparah oleh utang pemerintah yang besar dan terus bertambah, kenaikan harga minyak dan larangan tujuh bulan untuk mengimpor pupuk kimia tahun lalu yang menghancurkan pertanian.

Bensin sangat dijatah dan antrean panjang terbentuk di depan toko-toko yang menjual gas untuk memasak. Pemerintah telah meminta masyarakat untuk bekerja dari rumah dan menutup sekolah dalam upaya menghemat bahan bakar. 

Inflasi utama di negara berpenduduk 22 juta itu mencapai 54,6% bulan lalu, dan bank sentral telah memperingatkan bahwa angka itu bisa naik menjadi 70% dalam beberapa bulan mendatang.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pemerintah mana pun yang berkuasa harus "bekerja cepat untuk mencoba mengidentifikasi dan menerapkan solusi yang akan mengembalikan prospek stabilitas ekonomi jangka panjang, mengatasi ketidakpuasan rakyat Sri Lanka, yang begitu kuat.

"Kami akan mendesak parlemen Sri Lanka untuk melakukan pendekatan ini dengan komitmen untuk kemajuan negara, bukan salah satu partai politik," katanya pada konferensi pers di Bangkok.

India, tetangga raksasa Sri Lanka yang telah memberikan dukungan sekitar US$ 3,8 miliar selama krisis, mengatakan sedang mengamati peristiwa dengan cermat.

Baca Juga: PM Sri Lanka: Sri Lanka Sekarang Menjadi Negara Bangkrut, Inilah Kenyataannya

Dana Moneter Internasional (IMF), yang telah melakukan pembicaraan dengan pemerintah untuk kemungkinan bailout senilai US$ 3 miliar, juga mengatakan sedang memantau peristiwa dengan cermat.

"Kami berharap resolusi situasi saat ini akan memungkinkan dimulainya kembali dialog kami tentang program yang didukung IMF," kata pemberi pinjaman global itu dalam sebuah pernyataan.

Di mana Presiden Rajapaksa?

Rajapaksa belum terlihat di depan umum sejak Jumat. Dia belum secara langsung mengeluarkan pernyataan resmi tentang pengunduran diri. 

Kantor Wickremesinghe mengatakan dia juga akan berhenti, meskipun dia maupun Rajapaksa tidak bisa dihubungi.

Ketua Parlemen Mahinda Yapa Abeywardena mengatakan pada hari Sabtu bahwa keputusan Rajapaksa untuk mundur diambil untuk memastikan penyerahan kekuasaan secara damai.

Pakar konstitusi mengatakan jika presiden dan perdana menteri mengundurkan diri, langkah selanjutnya adalah penunjukan ketua sebagai penjabat presiden dan parlemen memilih presiden baru dalam waktu 30 hari untuk menyelesaikan masa jabatan Rajapaksa.

Masyarakat Sri Lanka saat ini tengah mengalami frustrasi hebat akibat krisis ekonomi. Pada Sabtu, kerumunan besar pengunjuk rasa mendobrak melewati penjaga bersenjata untuk masuk ke istana presiden era kolonial dan mengambil alih istana. Perabotan dan artefak hancur, dan beberapa mengambil kesempatan untuk bermain-main di kolam renangnya.

Mereka kemudian pindah ke kantor presiden dan kediaman resmi perdana menteri. Menjelang malam, pengunjuk rasa membakar rumah pribadi Wickremesinghe.

Baik Rajapaksa maupun Wickremesinghe tidak berada di tempat tinggal mereka ketika gedung-gedung itu diserang.




TERBARU

[X]
×