Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Apa yang menyebabkan perang mata uang? Para ekonom melihat, keputusan untuk melemahkan yuan sebagai senjata dalam perang dagang antara AS dan China.
Hal ini dilakukan setelah Donald Trump berjanji akan menaikkan tarif sebesar 10% terhadap barang-barang China senilai US$ 300 miliar.
People's Bank of China sepertinya langsung mengambil langkah yang berkaitan dengan tarif tersebut. Mereka menyalahkan adanya kebijakan proteksi perdagangan dan pengenaan kenaikan tarif terhadap China.
Baca Juga: Dulu jadi penyebab krisis Asia, baht kini diburu investor
Perang dagang sepertinya berdampak pada perdagangan China, meskipun data pada pekan ini menunjukkan tingkat ekspor mereka mulai meningkat lagi pada Juli.
Jadi apa yang terjadi selanjutnya? Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sekarang akan bekerja sama dengan Badan Moneter Internasional (IMF) dengan maksud untuk "menghilangkan" apa yang digambarkan AS sebagai "keunggulan kompetitif tidak adil yang diciptakan oleh tindakan terbaru China".
Greene menunjukkan bahwa IMF sebelumnya mengatakan China tidak memanipulasi mata uangnya dan memperingatkan hal itu bisa menjadi "jalan buntu".
Kondisi ini membuat para ekonom mempertanyakan apa lagi yang bisa dilakukan AS, sementara tweet presiden menyebabkan sebagian orang memprediksi bahwa AS bisa mulai melakukan intervensi secara langsung.
Baca Juga: Hong Kong menghadapi krisis terburuk sejak kembali ke China
John Normand, head of asset fundamental strategy JP Morgan, menilai saat ini perang mata uang belum terjadi, karena pergerakan mata uang China pada minggu ini "didorong sektor swasta" seiring dilakukannya dana asing oleh investor.
"Sebelum Trump, orang akan menganggap perang mata uang tidak akan terjadi. Presiden AS mengabaikan semua konvensi," jelasnya.