kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.499.000   -40.000   -2,60%
  • USD/IDR 15.935   -60,00   -0,38%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Perang mata uang, patutkah investor cemas?


Jumat, 09 Agustus 2019 / 06:33 WIB
Perang mata uang, patutkah investor cemas?


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

Apa yang menyebabkan perang mata uang? Para ekonom melihat, keputusan untuk melemahkan yuan sebagai senjata dalam perang dagang antara AS dan China. 

Hal ini dilakukan setelah Donald Trump berjanji akan menaikkan tarif sebesar 10% terhadap barang-barang China senilai US$ 300 miliar. 

People's Bank of China sepertinya langsung mengambil langkah yang berkaitan dengan tarif tersebut. Mereka menyalahkan adanya kebijakan proteksi perdagangan dan pengenaan kenaikan tarif terhadap China. 

Baca Juga: Dulu jadi penyebab krisis Asia, baht kini diburu investor

Perang dagang sepertinya berdampak pada perdagangan China, meskipun data pada pekan ini menunjukkan tingkat ekspor mereka mulai meningkat lagi pada Juli. 

Jadi apa yang terjadi selanjutnya? Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin sekarang akan bekerja sama dengan Badan Moneter Internasional (IMF) dengan maksud untuk "menghilangkan" apa yang digambarkan AS sebagai "keunggulan kompetitif tidak adil yang diciptakan oleh tindakan terbaru China".

Greene menunjukkan bahwa IMF sebelumnya mengatakan China tidak memanipulasi mata uangnya dan memperingatkan hal itu bisa menjadi "jalan buntu".

Kondisi ini membuat para ekonom mempertanyakan apa lagi yang bisa dilakukan AS, sementara tweet presiden menyebabkan sebagian orang memprediksi bahwa AS bisa mulai melakukan intervensi secara langsung.

Baca Juga: Hong Kong menghadapi krisis terburuk sejak kembali ke China

John Normand, head of asset fundamental strategy JP Morgan, menilai saat ini perang mata uang belum terjadi, karena pergerakan mata uang China pada minggu ini "didorong sektor swasta" seiring dilakukannya dana asing oleh investor.

"Sebelum Trump, orang akan menganggap perang mata uang tidak akan terjadi. Presiden AS mengabaikan semua konvensi," jelasnya.



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×