kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.705.000   1.000   0,06%
  • USD/IDR 16.290   30,00   0,18%
  • IDX 6.750   -53,40   -0,78%
  • KOMPAS100 997   -8,64   -0,86%
  • LQ45 770   -6,78   -0,87%
  • ISSI 211   -0,72   -0,34%
  • IDX30 399   -2,48   -0,62%
  • IDXHIDIV20 482   -1,69   -0,35%
  • IDX80 113   -1,02   -0,90%
  • IDXV30 119   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   -0,75   -0,57%

Pertemuan G20 bahas turbulensi negara berkembang


Sabtu, 22 Februari 2014 / 15:30 WIB
Pertemuan G20 bahas turbulensi negara berkembang
Aktifitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Indonesia, Tanjung Priok, Jakarta, Jumat (12/8/2022). Tren harga komoditas yang melandai bikin penerimaan negara terancam. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Sumber: BBC | Editor: Sanny Cicilia

SIDNEY. Saling lempar kesalahan kemungkinan bakal mewarnai pertemuan menteri keuangan G20 akhir pekan ini di Sidney. Tema pertemuan ini adalah memulihkan pertumbuhan ekonomi global.

Diperkirakan, turbulensi di negara berkembang, termasuk Indonesia dan Brasil akan disebut-sebut dalam pertemuan ini. Beberapa negara seperti Argentina kemungkinan akan membicarakan masalah ini lebih dramatis, mengingat penurunan di pasar dan mata uangnya.

Yang menjadi penyebab turbulensi di negara berkembang ini adalah kembalinya dana panas ke Amerika Serikat (AS), seiring dengan pengurangan stimulus regulator setempat. Ketika regulator AS mengguyur easy money ke pasar demi pertumbuhan ekonomi, investor menempatkan dana mereka ke pasar berkembang yang masih memberi imbal hasil menarik. Begitu dana tersebut dikurangi, pembelian saham oleh asing di negara berkembang ikut menyusut.

Penarikan dana asing ini telah menyebabkan mata uang negara berkembang rontok, termasuk rupee India dan Peso Argentina.

Namun, International Monetary Fund's (IMF), Christine Lagarde, dan Menteri Keuangan Inggris George Osborne, mengatakan negara berkembang seharusnya tak menyalahkan AS atas turbulensi ekonomi. Lagarde memang sebelumnya, meminta AS lebih berhati-hati terhadap aksinya yang berimbas pada negara lain.

"Pemimpin negara berkembang seharusnya berhenti menyalanhkan negara maju atas masalah mereka sendiri," kata Osborne, dikutip BBC.

Negara G20 mewakili 85% perekonomian dunia. Anggotanya antara lain AS, Argentina, Australia, Brasil, Inggris, Kanada, China, Prancis, Jerman, India, Indonesia, Italia, Jepang, Meksiko, Korea Selatan, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Turki, dan negara Uni Eropa. Pertemuan ini juga akan dihadiri pejabat bank sentral.



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×