kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Populasi Korea Selatan Susut, Pasangan Sesama Jenis Sebut Mereka Bisa Membantu


Minggu, 30 Juni 2024 / 07:37 WIB
Populasi Korea Selatan Susut, Pasangan Sesama Jenis Sebut Mereka Bisa Membantu
ILUSTRASI. Korea Selatan telah menghabiskan miliaran dolar untuk mencoba menghentikan penyusutan populasi.


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - SUWON. Pasangan sesame jenis warga Korea Selatan Kim Eun-ha dan Park Cho-hyeon ingin menikah dan memiliki anak. 

Ini merupakan sebuah rencana yang sejalan dengan ambisi pemerintah untuk meningkatkan tingkat kesuburan yang paling rendah di dunia.

Hanya saja, kendala mereka adalah pernikahan sesama jenis masih ilegal di Korea Selatan.

Selain itu, para dokter menolak untuk melakukan inseminasi buatan pada wanita tanpa pasangan pria, dengan alasan pedoman etika.

"Banyak orang lajang dan pasangan lesbian di sekitar saya yang ingin memiliki anak. Jika berbagai jenis keluarga yang dapat memiliki anak diterima terlebih dahulu, saya pikir hal itu akan berkontribusi banyak pada tingkat kesuburan," kata Kim Eun-ha kepada Reuters.

Meskipun kampanye untuk melegalkan pernikahan sesama jenis telah berhasil di Taiwan dan Thailand, tidak ada pengakuan hukum atas LGBT di Korea Selatan. Alhasil, banyak pasangan yang terpaksa pindah ke luar negeri jika mereka ingin menikah atau memiliki anak.

Setiap tahun, komunitas LGBT menghadapi banyak tentangan terhadap Festival Budaya Queer Seoul yang diadakan setiap tahun.

Baca Juga: Dokter Mogok Kerja, Korea Selatan Bakal Tingkatkan Gaji Dokter Muda

Tentangan itu datang dari kelompok-kelompok agama konservatif yang melakukan perlawanan sengit terhadap upaya pengesahan undang-undang yang menentang diskriminasi.

Kim Ji-hak, yang mengepalai organisasi nirlaba Diversity Korea, mengatakan bahwa pemerintah harus mengakui keberagaman jika ingin meningkatkan angka kelahiran.

Korea Selatan telah menghabiskan miliaran dolar untuk mencoba menghentikan penyusutan populasi.

Ada sejumlah alasan mengapa banyak wanita Korea Selatan menunda melahirkan atau tidak memiliki anak sama sekali. Beberapa di antaranya karena kekhawatiran akan terhambatnya karir dan biaya finansial yang cukup tinggi untuk membesarkan anak.

Terlepas dari upaya-upaya ini, populasi menurun selama empat tahun berturut-turut pada tahun 2023.

"Jika kita menjadi masyarakat yang tidak perlu khawatir tentang perawatan kesehatan, pendidikan, tenaga kerja, dan penuaan, semua orang akan ingin memiliki lebih banyak anak," kata Kim.

Baca Juga: Tingkat Kesuburan China Turun ke Level Terendah pada 2022


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×